SOLO, solotrust.com - Yayasan Diwa Center bekerja sama dengan Incred Laboratory Solo menggelar aksi kampanye setop hoaks di area Solo Car Free Day Jalan Slamet Riyadi, Minggu (21/10/2018) pagi.
Beragam performing art ditampilkan oleh sekumpulan mahasiswa itu di jalanan, mulai dengan membagi-bagikan selebaran koran kepada warga yang lewat, bergulung-gulung di jalan berselimut koran, merekatkan gadget di kepala dengan plester bertanda silang hingga memakan koran. Tak pelak, aksi mereka mengundang animo warga untuk menyaksikan bahkan tak sedikit yang mendokumentasikan.
Direktur Yayasan Diwa Center, Diah Warih Anjari, mengatakan, tujuan dari aksi ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana menyikapi berita yang beredar di masyarakat. Salah satunya, dengan tidak menelan mentah-mentah informasi yang beredar di masyarakat.
"Kegiatan di CFD pagi ini sebagai bentuk kepedulian dan ekspresi kami melawan hoaks karena hoaks ini sangat berbahya dan meresahkan bahkan bisa memecah-belah kerukunan di masyarakat, jadi kita ajak, kita berikan edukasi kepada masyarakat agar dapat memfilter informasi dengan benar," kata Warih kepada solotrust.com di sela acara.
Ditambahkan Warih, kegiatan ini merupakan bentuk keprihatinan dan kepedulian Yayasan Diwa Center akan hal itu. Menurutnya, hoaks banyak tersebar di media sosial sehingga diperlukan pengawasan dan kebijakan pemilik akun dalam mengelola media sosial.
"Makanya kami juga menggandeng mahasiswa, sebagai intelektual muda, bekerjasama dengan kami mengampanyekan gerakan antihoaks melalui aksi mereka ini, ya intinya bagi masyarakat saring dulu sebelum sharing, validitas berita itu penting, jangan langsung termakan berita tidak benar dan ikut menyebarkan hoaks," ujarnya.
Selain performing art dari kelompok Incred Laboratory Solo, juga diadakan pembubuhan tanda tangan dan tanda silang pada tulisan hoaks di spanduk yang dibentangkan, kemudian spanduk itu diarak di seputar CFD. Dan ada juga spanduk kecil-kecil bertuliskan "Stop Hao-Hao", "Tendang Hoax", "Saring sebelum sharing," dan lainnya.
Sementara itu, salah satu pelaku performing art, Aryo Gunawan menuturkan, perform yang dilakukan menampilkan gagasan-gagasan atas penolakan adanya informasi hoaks.
"Hoaks itu membodohi bukan mencerdaskan masyarakat, dan bagi para penyebar kalau itu kepentingan jangan melakukan hoax karena korannya, dibaca seluruh masyarakat," tutur dia.
Dijelaskan Aryo, pertunjukan yang digambarkan mengandung berbagai makna penolakan terhadap hoaks. "Ya itu tadi menggambarkan, bagaimana sebagai masyarakat harus memfilter, seperti tanda silang kan identik dengan larangan dan setiap orang menggunakan ponsel, informasi hoaks banyak tersebar di ponsel, maka kita rekatkan tadi ponsel dan tanda silang dengan plester, terus koran yang dimakan, menggambarkan kalau mengonsumsi informasi, jangan menelan mentah-mentah informasi," tandasnya. (adr)
(way)