SOLO, solotrust.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo mencatat tingkat kredit macet perbankan Solo Raya per Agustus 2018 sebesar 2,03% atau senilai Rp 1,39 triliun.
Kepala Bagian Pengawasan Bank OJK Solo, Dinavia Tri Riandari, menilai angka kredit macet atau non performing loan (NPL) perbankan bank konvensional itu lebih rendah dari NPL di Jawa Tengah sebesar 2,54%.
"Angka ini menunjukkan perekonomian di Solo Raya masih bagus," tuturnya.
Adapun NPL di area Solo Raya paling besar terjadi di bank konvensional Kota Solo, Rp 1,1 triliun.
Disusul Kabupaten Sragen Rp 66 miliar, Kabupaten Klaten Rp 50 miliar, Kabupaten Wonogiri Rp 49 miliar, Kabupaten Sukoharjo Rp 48 miliar, Kabupaten Karanganyar Rp 42 miliar, dan Kabupaten Boyolali Rp35 miliar.
Ia menerangkan, capaian kinerja perbankan Solo Raya ada 3 indikator mengalami pertumbuhan, yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit.
Merujuk data yoy (Agustus 2018 terhadap Agustus 2018), aset bank konvensional tumbuh 10,42%, dari Rp 73,763 triliun menjadi Rp 81,45 triliun.
"Persentase ini melebihi rata-rata pertumbuhan aset bank konvensional di Jateng, yakni 6,79%," imbuhnya.
DPK bank konvensional Solo Raya tumbuh 12,01%, dari Rp55,626 triliun menjadi Rp 62,309 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding kenaikan DPK bank di Jateng yang hanya 8,3%.
Sedangkan pertumbuhan kredit tercatat lebih rendah, yaitu 8,62%, sedikit lebih rendah dari Jateng yaitu 8,79%. Nominal kredit dari Rp 63,117 triliun menjadi Rp 68,333 triliun.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, mengatakan pertumbuhan kredit maupun NPL di Solo Raya cukup bagus.
"Masih di bawah 3%, kami nilai kondisinya masih bagus," ujarnya.
Jumlah jaringan kantor bank konvensional di Solo Raya sebanyak 799. Terdiri dari 64 kantor cabang, 437 kantor cabang pembantu, 247 kantor kas, dan 51 kantor fungsional.
Sedangkan jumlah jaringan bank syariah mencapai 53. Terdiri dari 13 kantor cabang, 30 kantor cabang pembantu, dan 10 kantor kas. (Rum)
(wd)