Ekonomi & Bisnis

Melalui Agen, Pemasaran Produk UMKM Jadi Lebih Mudah

Ekonomi & Bisnis

20 Desember 2018 21:04 WIB

Ketua komunitas Crafter Solo Laweyan, Aris Adi Purwoko.

SOLO, solotrust.com - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) biasanya mengalami kendala untuk pemasaran produk-produknya. Namun, melalui kerjasama dengan agen (broker) dinilai akan mempermudah pemasaran produk tidak hanya di dalam namun juga sampai ke luar negeri.

Hal itu diungkap oleh Ketua komunitas Crafter Solo Laweyan, Aris Adi Purwoko, pada solotrust.com, saat membuka stand di Pasar Murah Mirunggan Gotong Royong TPID Solo, Rabu, (19/12/2018).



"Kerajinan tas dan dompet dari daun Agel buatan saya sudah saya kirim ke Bali bahkan ada pengusaha Italia yang berminat. Saya sudah bekerjasama dengan broker atau agen, karena itu pemasraannya lebih mudah," tuturnya.

Menurutnya, pihaknya bisa fokus untuk pembuatan produk atau pemenuhan pesanan, karena dari sisi penjualan atau pemasaran sudah ditangani broker atau agen. Bahkan bukan tidak mungkin suatu produk UMKM dapat diekspor hingga ke mancanegara.

"Lewat broker memang gampang-gampang susah. Untuk pemasaran kita harus kenal dengan broker atau agen supaya lebih mudah dalam memasarkan," imbuhnya.

Terkait produksi barang, pihaknya mengaku sejauh ini masih gampang untuk memenuhi permintaan. Bahkan ia pernah menerima pesanan dalam partai besar, mencapai lebih dari 1.000 biji. Dengan harga jual untuk kerajinan dari daun agel, berupa dompet di harga Rp 55.000 dan tas seharga Rp120.000.

Selain soal koneksi dengan agen atau broker, pihaknya mengaku UMKM ynag menjadi anggota komunitasnya terkendala sikap mental kurang percaya diri, modal dan peralatan.

Terlebih masih ada anggota komunitas UMKM yang belum memiliki pengetahuan memadai alias baru merintis dari nol. Jadi tidak semua anggota komunitas bisa menerima pesanan dalam jumlah besar.

"Komunitas ini berisi pengusaha pengusaha kecil yang baru belajar. Jadi kita masih harus membimbing karena mereka sering tidak percaya diri dengan karyanya. Perlu bimbingan yang lebih intensif, sebab ada yang belum bisa sama sekali," paparnya.

Selama hampir 1 tahun terbentuk, komunitas di bawah bimbingan LKM Kel. Laweyan Solo ini telah mendapat beberapa kali fasilitas berupa pelatihan dan pameran, meski hanya di sekitar Solo. Dinas-dinas juga sudah mengunjungi salah satu anggota dan memberikan pelatihan untuk membuat kerajinan dari batik seperti bros dan dompet.

Ke depan, rencananya Komunitas ini akan diubah bentuknya ke dalam wadah koperasi. Agar bisa mendapatkan fasilitas bantuan dana pinjaman hingga bantuan alat seperti mesin. Sebab sejauh ini, bantuan yang diterima baru sebatas pelatihan, belum bantuan alat atau modal.

Komunitas Crafter ini saat ini beranggotakan sekitar 10 orang. Produk yang dihasilkan bermacam-macam seperti sandal dari karung goni, rajutan dari daun Agel (seperti daun pohon kelapa), aksesoris batik dan dompet batik, kerajinan dari rafia Jepang yang lentur dan halus, hingga kerajinan kayu.

Adapun latar belakang komunitas ini terbentuk karena untuk mengangkat potensi para perajin di area Laweyan. Sehingga tidak hanya komoditas batik saja yang maju sampai mendunia. Sedangkan dari kerajinan belum ada yang mencuat.

"Kemudian diusulkan perajin juga diangkat sehingga dibentuk komunitas agar bisa seimbang antara pengusaha batik dan perajin," pungkasnya. (Rum)

(wd)