SOLO, solotrust.com - Band asal Yogyakarta, Endank Soekamti kemarin (9/11/2017) baru saja merilis album ke-8 bertajuk “Salam Indonesia”. Judul tersebut dibuat karena mereka ingin mengapresiasi semua orang yang telah berkontribusi untuk Indonesia.
Album ini masih mengusung nuansa punk-rock, mulai dari lagu yang berdistorsi sampai dengan yang cukup santai. Album ini diluncurkan dalam bentuk box set. Berisi banyak collectible item mulai dari CD audio album yang berisi 16 lagu, photobook, sampai behind the scene proses rekaman yang semuanya dikerjakan di Papua.
Album ini digarap di Papua selama 30 hari. Tiga personelnya yakni Erix (vocal, bass), Dory (gitar) dan Ari (drum) selama 30 hari keliling laut Papua dengan kapal phinisi. Mereka menumpahkan pengalamannya selama di Papua untuk menulis lagu dan lirik. Misalnya lagu berjudul “Mendaki” yang tercipta karena terinspirasi dari pengalaman mereka ketika mendaki Wayang, pulau terjauh di Raja Ampat.
Yang menarik, selain membuat album, mereka juga mengajari anak-anak di Papua. Dalam laman resmi Endank Soekamti, mereka mengunggah momen perjalanan mereka selama di Papua dalam beberapa video. Dan dalam salah satu video, Dory terlihat mengajari anak di sana tentang animasi.
“kita tuh pengen mengajar ke teman-teman pesisir terutama anak-anak, bukan ngajarin soal teknis bagaimana caranya matematika 4+4=8, enggak seperti itu. Apa yang kita ajarkan adalah menebarkan mimpi untuk mereka karena itu penting supaya mereka itu punya referensi dan membangun mimpinya sendiri,” terang Dory yang melibatkan anak-anak Papua membuat animasi sederhana. Dory memilih mengajarkan animasi karena animasi itu dicintai oleh anak-anak.
“perjalanan hidup mereka tuh masih panjang, mereka bisa kejar itu mimpinya. Ingat, sepuluh ilmu yang kita punya itu belum tentu bisa merealisasikan satu mimpi, tapi satu mimpi bisa membuat kita punya banyak ilmu, nah itu yang kita sebarkan,” tambahnya.
Dory ingin mencoba berkontribusi melalui apa yang dia suka. Dirinya mengaku ingin anak-anak di sana tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang punya mimpi, pemuda-pemuda idealis yang tidak mudah dibeli dengan uang.
“aku kira itu perjalanan panjang dan tidak mudah tapi efektif sekali untuk tidak mudah dibeli oleh investor asing dan ini perjuangan paling mudah yang bisa kita lakukan selain ngomong doang di sosmed,” pungkasnya.
Salut! Bukan hanya rilis karya baru tapi juga menebarkan mimpi untuk anak Indonesia.
(Lin-way)
(Redaksi Solotrust)