Pend & Budaya

Siswa SMAN 4 Surakarta Berzodiak Libra Ini Mampu Raih Rata-Rata Nilai 100 di UN

Pend & Budaya

16 Mei 2019 09:09 WIB

Siswa SMAN 4 Surakarta yang memperoleh nilai sempurna, Ananda Hafidh Rifa’i Kusnanto (17) saat dijumpai solotrust.com di sekolahnya, Rabu (15/5/2019)

SOLO, solotrust.com - Prestasi membanggakan berhasil ditorehkan oleh siswa kelas XII SMA Negeri 4 Surakarta program studi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ananda Hafidh Rifa’i Kusnanto (17) yang meraih nilai 100 bulat pada empat mata pelajaran dalam Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2019, meliputi Matematika Wajib, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Fisika.

Keterbatasan ekonomi keluarga Hafidh yang kini hanya bertumpu pada sang Ibu, Supatmi (50) sepeninggal ayahnya Amat Kusnanto (45) yang telah meninggal dunia karena sakit sejak tahun 2016 silam saat Hafidh duduk di bangku kelas 3 SMP, menjadi pelecut semangat Hafidh yang bercita-cita merubah nasib keluarganya. Ibu Hafidh diketahui mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dari meneruskan usaha almarhum ayah Hafidh berjualan sticker, buku hingga mainan anak SD di lapak beralaskan plastik di pinggir jalan depan SD Negeri 4 Pucangan, Kartasura, Sukoharjo yang juga merupakan tempat Hafidh menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar. Hafidh bersama keluarganya tinggal di rumah sederhana yang berada di Dukuh Wirogunan RT.02 RW.03 Kartasura, Sukoharjo.



Hafidh pun tak bisa mencicipi bangku bimbingan les, sebagaimana yang dirasakan pelajar lainnya. Hanya waktu di sekolah dan waktu longgar di rumah yang ia manfaatkan untuk belajar sembari membimbing ketiga adiknya belajar, Elfrida (15), Raditya (10), dan Fanita (7). Hafidh kerap belajar selepas ba’da Isya hingga rasa kantuk menidurkannya. Selain materi dari sekolah, remaja bertubuh ceking itu rajin mencari referensi soal melalui internet untuk menguasai ilmu-ilmu di setiap mata pelajaran. Tubuh cekingnya tak bisa dipandang sebelah mata, di balik itu, hafidh nyatanya memiliki kemampuan di bidang sains yang luar biasa.

Terbukti, sejak duduk di bangku kelas X, remaja kelahiran 11 Oktober 2001 yang belum genap berusia 18 tahun itu sudah mendapatkan medali perak dalam Olimpiade Sains Nasional tahun 2017 lalu di Riau. Pencapaian itulah yang membuat Hafidh kini kembali dipanggil untuk mengikuti Pelatnas untuk Olimpiade Sains Internasional 2018. Perjalanan Hafidh pun tak semulus itu, ia pernah pula gagal pada Pelatnas tahap pertama Olimpiade Sains Internasional tahun 2017 karena kurang persiapan. Selain itu, berkat kecerdasan dan prestasi yang ia peroleh, pihak sekolah membebaskan biaya pendidikan dan memberikan fasilitas Hafidh selama mengikuti Olimpiade Sains baik Nasional maupun Internasional. Dalam waktu dekat ia mewakili Indonesia mengikuti Olimpiade Sains Internasional di Hungaria yang akan digelar 2-10 Agustus 2019, Beberapa waktu terakhir, Hafidh juga kerap disibukkan mengikuti Pelatnas sebagai persiapan untuk olimpiade itu.

”Kunci suksesnya belajar rutin, latihan soal-soal dan doa restu orang tua, tidak ada kebiasaan khusus belajar, selama ada waktu longgar saja, sehabis sekolah, sehabis isya sampai ngantuk. Saya tidak mau ikut bimbingan les, karena saya tahu, ibu saya sudah berjuang merawat 4 anaknya, saya tidak ingin membebani Ibu. Ibu juga tidak ingin saya membantu mencari uang, ibu hanya berpesan saya harus rajin belajar dan berdoa kepada Tuhan. Selain itu saya rasa materi yang diberikan dari sekolah sudah cukup, banyak latihan-latihan soal dan pembinaan dari sekolah,” ungkap Hafidh saat ditemui solotrust.com di sekolahnya, Rabu (16/5/2019)

Ditanya apakah yakin mendapatkan nilai sempurna saat menjalankan ujian, Hafidh pun mengaku optimis pada mata pelajaran Matematika wajib dan Fisika, namun tidak untuk Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia yang memerlukan effort lebih dari seorang Hafidh untuk mengerjakan butir soal demi soal. Hingga akhirnya menunjukkan Hafidh mendapatkan nilai sempurna pada empat Mapel yang diujikan kepadanya, dirinya pun kaget dan tak menyangka akan hal itu.

”Saya sempat ragu pada beberapa soal, jadinya kaget dan nggak nyangka, kalau yang optimis matematika dan fisika, tapi kalau bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak seoptimis itu mendapatkan nilai 100. Setelah selesai mengerjakan saya tidak langsung cepat-cepat keluar ruangan ujian, saya manfaatkan waktu untuk mengecek ulang soal yang sudah saya kerjakan. Kalau malam sebelum UN justru saya lebih merilekskan diri dan pikiran, lebih santai, tidak ngoyo,” bebernya.

Semasa duduk di bangku sekolah menengah atas, selain kegiatan belajar mengajar, Hafidh aktif menggeluti bidang astronomi dengan bergabung di club astronomi. Berkat kecintaannya kepada ilmu fisika dan sains, remaja berzodiak Libra itu kini sudah diterima di Program Studi S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta melalui jalur bidik misi dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) untuk melanjutkan jalan menuju cita-citanya menjadi seorang Engineering menyerupai tokoh idolanya Elon Reeve Musk yang bertitle salah satunya adalah Founder, CEO, Lead Designer of SpaceX.

”Saya memilih Teknik Elektro karena ada hubungannya dengan fisika, pelajaran yang saya gemari. Saya juga ingin bekerja di SpaceX namun harus pindah warga negara Amerika Serikat jadi niat itu saya urungkan,” ujar dia.

Waka Kurikulum SMAN 4 Surakarta Meyra Dwi Nugrahaningsih menilai sosok Hafidh seorang yang low profile, cenderung pendiam namun gigih dalam belajar serta tergolong siswa berprestasi di sekolahnya, maka dari itu pihak sekolah selalu memberikan dukungan bagi Hafidh. Di samping itu, pribadi Hafidh memiliki sikap yang santun dan penyayang keluarga.

”Dia masuk 20 besar paralael semester 1 sampai 5, kalau di kelas 10 besar. Kemudian saat USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) ia mendapat rangking 2 dan terakhir UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) rangking 1 dengan nilai mutlak 100,” kata Meyra.

Menurut Meyra, selama ia mengajar di SMAN 4 Surakarta sejak tahun 2000, baru Hafidh yang mampu mencatatkan nilai sempurna dengan memperoleh nilai rata-rata 100 dalam ujian nasional (UN). Ia menambahkan, karena Hafidh berasal dari keluarga kurang mampu dan karena prestasinya, selain dibebaskan dari biaya pendidikan selama menempuh pendidikan di SMAN 4 dan fasilitas penuh untuk Hafidh mengikuti ajang Olimpiade, selanjutnya pihaknya berkoordinasi dengan alumni SMAN 4 di Yogyakarta agar memberikan fasilitas kepada Hafidh yang akan melanjutkan studinya di UGM.

”Dukungan dari pihak sekolah selama ini seperti membebaskan biaya pendidikan Hafidh, kami juga memfasilitasi saat Hafidh mengikuti ajang kompetisi, kelas 10 Hafidh memperoleh medali perak di Olimpiade Sains Nasional tahun 2017, dan ini dipanggil lagi untuk mengikuti pembinaan, jadi sementara ini kami harapkan Hafidh agar fokus Olimpiade Sains Internasional. Untuk kuliahnya, kami juga informasikan kepada alumni SMAN 4 Surakarta di Yogyakarta atau Di UGM agar membantu Hafidh, secara ekonomi kan memang kurang, jadi kita back up apapun yang bisa kita bantu.” tuturnya. (adr)

(wd)