SOLO, solotrust.com - Menteri Riset, Teknologi, Pendidikan dan Perguruan Tinggi, Mohamad Nasir melakukan kunjungan kerja di Gedung Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi, Purwosari, Laweyan, Solo, Jumat (31/5/2019).
Dalam kunjungan tersebut, Menristekdikti didampingi oleh Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, Ainun Na’im, Sekretaris Ditjen Kelembagaan Iptek Dikt Kemenristekdikti, Agus Indarjo dan Staf Ahli Menristekdikti, Hari Purwanto.
Maksud kedatangan dari M. Nasir ialah melakukan kunjungan kerja terkait pengembangan energi terbarukan. Ia menyempatkan melakukan peninjauan pusat pembuatan baterai lithium mulai dari proses awal hingga akhir.
"Kebutuhan renewable energy tinggi maka riset baterai ini menjadi sangat penting di bidang energi, sejalan dengan UNS yang mengembangkan baterai lithiumnya sejak tahun 2012 sampai sekarang," ujar Nasir kepada solotrust.com
Nasir berharap pembuatan baterai lithium menjadi kekuatan UNS untuk membangun Indonesia di bidang energi serta pengembangan bisnis dari pemasaran produk baterai lithium ini dapat menjadi sumber pendapatan.
Ia menyebut, jika ingin mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia, kuncinya ada pada baterai. Hanya saja, di Indonesia baterai masih menjadi kendala tersendiri, karena nilainya yang sangat tinggi yaitu sekitar 35-40 persen dari total cost yang ada di dalam satu produk tersebut.
“Yang menjadi pekerjaan rumah adalah bagaimana biaya baterai bisa diefisiensikan dari 35-40 menjadi 20 persen saja, otomatis costnya juga akan turun,” terang dia.
Maka dari itu, untuk melakukan efisiensi biaya pembuatan baterai ini, pihaknya mendorong Perguruan Tinggi (PT) dan peneliti untuk mengembangkan baterai yang kedepannya memiliki masa depan lebih baik. Di Amerika, baterai ini sudah sangat berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, Kemenristekdikti mengembangkan Pusat Penelitian Baterai di UNS ini.
“Di UNS ini khusus untuk pengembangan Baterai Lithium, hanya saja yang menjadi problem di UNS ini karena bahan baku yang digunakan untuk pembuatan masih impor. Padahal bahan baku di Indonesia ini ada, namun belum bisa diproses, sehingga teknologi harus terus dikembangkan,” beber dia.
Nasir menambahkan, saat ini di Halmahera sedang di bangun teknologi yang nantinya mengolah bahan baku lokal yang bisa menjadi bahan untuk pembuatan Baterai Lithium yang ke depan digadang-gadang bisa menjadi sumber bahan baku Lithium di dunia.
"Kalau selesai dibangun akan menjadi sumber bahan baku terbesar di dunia, ini sumber daya yang kita miliki," sebutnya.
Sementara itu, Rektor UNS, Jamal Wiwoho mengatakan, pengembangan baterai lithium di UNS dimulai sejak tahun 2012 sejalan dengan pencanangan program Mobil Listrik Nasional (MOLINA). Baterai lithium yang dikembangkan oleh UNS ini adalah jenis lithium ion dengan ukuran 18.650. Sampai saat ini jenis yang dikembangkan adalah LFP (Lithium Ferro Phosphate) dan NCA (Nickel Cobalt Aluminium Oxide).
Baterai lithium yang dikembangkan UNS ini dapat diaplikasikan untuk kendaraan listrik dan alat penyimpan energi dari pembangkit energi yang terbarukan. Teaching Factory Baterai Lithium UNS ini sampai sekarang telah mampu memproduksi 1.000 sel per hari dengan kapasitas 5 KWh.
"Lalu untuk sumber pendanaan pengembangan baterai lithium ini berasal dari anggaran Kemenristekdikti, PT Pertamina dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Seluruh anggaran tersebut digunakan untuk mendukung pengadaan fasilitas laboratorium dan produksi," ujar Jamal. (adr)
(wd)