Pend & Budaya

Era Industri 4.0 Harus Didukung Moral dan Pendidikan Nilai Kewarganegaraan

Pend & Budaya

18 Juni 2019 03:01 WIB

Suasana seminar nasional yang digelar oleh Unisri.

SOLO, solotrust.com- Terlihat matahari masih menggelantung. Adrenalin terpacu dalam dinamika pembakaran metabolisme dalam tubuh. Adalah kemajuan suatu bangsa dalam bidang pendidikan apabila tidak didukung dengan moralitas yang baik, antara pendidik (guru dan dosen) terhadap anak-anak didik.

Hal tersebut dikatakan Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang dan Dosen Senior Universitas Negeri Semarang Prof. Masrukhi, ketika mejadi narasumber pertama dalam Seminar Nasional dengan mengangkat tema, "Kewarganegaraan di Era digital: Pembelajaran Inovatif Berbasis  Jejaring Sosial Menghadapi Revolusi Industri 4.0", yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Universitas Slamet Riyadi Surakarta, di Gedung B, Lantai 3, Senin (17/6/2019) pukul 09.00 WIB.



Secara substantive, lanjut Masrukhi, memasuki era digital dan era revolusi industri 4.0, sebaiknya harus didukung dengan moral dan pendidikan nilai kewarganegaraan sebagai dasar, karena sangat bersentuhan dengan pendidikan afektif. Sebab, aspek afektif merupakan aspek yang berkenaan dengan apa-apa yang terdapat dalam diri peserta didik (the internal side), sehingga keberadaannya selalu tersembunyi.

"Dia (pendidikan nilai dan moral) berkenaan dengan dunia kejiwaan, cita-cita dan rasa, serta keyakinan manusia," kata Masrukhi sebagai pemateri pertama lewat Makalahnya yang berjudul, "Pola Pembelajaran Nilai dan Moral di Era Milenial", di hadapan  80-an peserta Seminar Nasional.

Selain itu, Masrukhi juga memberi pesan kepada para peserta bahwa dalam pola pembelajaran nilai dan moral di era milenial, ada tiga hal yakni: pertama adalah paham kebebasan situasional, kedua adalah aliran kebebasan (value free) dan ketiga adalah paham absolutisme.

"Di era milenial, era revolusi industri 4.0 ini sangat memberi peluang sekaligus tantangan tersendiri dalam mengelola pembelajaran nilai dan moral. Saya titip pesan kepada bapak ibu guru dan dosen, hendaknya tidak terlalu memaksakan kehendak untuk dituruti anak-anak didik. Ajarkan kepada mereka bagaimana mempertahankan moral dan nilai untuk kebaikan bangsa Indonesia saat ini dan ke depannya," tutup Masrukhi.

Sementara itu Prof.  Suwatno sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tampil sebagai pemateri kedua lewat makalahnya yang berjudul, "Peran Komunikasi Media Digital Terhadap Pembelajaran Milenial di Era Revolusi Industri 4.0", menyatakan, di era digital seperti saat ini, perubahan dalam teknologi komunikasi terjadi begitu cepat, sehingga setiap orang harus memiliki kemampuan adaptif yang tinggi.

"Hari ini, hampir semua orang berbicara tentang komunikasi digital. Faktanya, era ini memang merupakan pencapaian peradaban manusia yang tidak dapat dihindari", tegasnya, di hadapan peserta seminar.

" Bapak Ibu, saya mau sampaikan bahwa, harus tetap mendampingi anak-anak kita yang masih kecil dalam memegang handphone dalam mengakses situs atau konten yang dianggap berbahaya. Hindari itu sejak dini, supaya bangsa Indonesia tidak lagi (sedapat mungkin mengurangi) mengalami krisis moral dan nilai. Dan nasehati juga anak-anak kita supaya tidak boleh meniru perilaku para elit politik yang kurang bagus itu. Jangan meniru hal-hal buruk itu," tegasnya lagi, seraya mengingatkan.

Sedangkan Sri Hartini sebagai Dekan FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta dalam sambutannya mengatakan, peluang positif sangat terbuka luas dalam era digital milenial dan era revolusi industri 4.0 ini, sungguh menjanjikan untuk meraih masa depan lewat pendidikan dan bakat dan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu.

"Atas nama Bapak Rektor Universitas Slamet Riyadi, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran bapak ibu sebagai peserta seminar nasional di sini. Dan saya membuka seminar ini secara resmi," kata Sri Hartini, sambil membunyikan palu sebagai tanda dimulainya seminar nasional.

Kemudian, Eni Kustia, salah satu peserta dari TK Aisyah Bibis Kolang, Joglo, ketika ditanya mengenai keikut sertaannya sebagai peserta dalam seminar ini, dirinya mengatakan bahwa sebagai guru TK (Taman Kanak-Kanak) mesti dan wajib ikut. Karena ilmunya akan sangat berguna bagi anak-anak didik.

(wd)