Pend & Budaya

Kebo Bule Keturunan Kyai Slamet Dan Asal Usulnya

Pend & Budaya

30 Agustus 2019 17:41 WIB

Kerbau bule.


Solotrust.com- Setiap malam 1 Suro atau malam 1 Muharam menurut kalender Islam (Hijriah) Keraton Kasunanan Surakarta acap kali mengadakan kirab pusaka mengelilingi rute yang telah ditentukan. Sebagai cucuk lampah kirab malam 1 Suro tersebut berjejer beberapa ekor kebo bule atau albino kemudian di susul pusaka serta para abdi dalem Keraton.



Sejarah dari kebo bule pengawal atau cucuk lampah dari kirab pusaka malam 1 Suro, menurut buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said ialah kebo bule tersebut masih merupakan keturunan kebo klangenan dari Paku Boewono II, semenjak istananya masih di Kartasura atau sekitar 10 kilometer jaraknya dari Keraton yang sekarang.

Menurut salah seorang pujangga Keraton Surakarta yakni Yosodipuro, leluhur kerbau yang kulitnya sangat khas dengan warna putih kemerah-merahan tersebut merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo, yang diperuntukkan sebagai cucuk lampah atau pengawal dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet saat beliu pulang dari mengungsi di daerah Tegalsari akibat dari geger pecinan yang terjadi di Kartasura dan meluluh lantakkan keraton beserta isinya.

Konon ketika sang raja tengah mencari lokasi pengganti keraton yng telah hancur tersebut pada tahun 1725, leluhur dari kebo-kebo itu dilepas dan perjalanannya diikuti oleh para abdi dalem hingga akhirnya berhenti di tempat yang sekarang berdiri Keraton Surakarta.

Menurut salah satu Putra Dalem almarhum PB XII Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger seperti dilansir keraton.perpusnas.co.id mengatakan, kirab pusaka dan kerbau sebenarnya berakar pada tradisi sebelum munculnya Mataram Islam pada prosesi ritual wilujengan nagari. Pusaka dan kerbau merupakan simbol keselamatan. Pada awal masa kerajaan Mataram Islam, pusaka dan kerbau dinamakan sama yakni Kyai Slamet dan hanya akan dikeluarkan disaat pageblug (wabah penyakit ) dan bencana alam.

“Pusaka dan kerbau itu diharapkan memberi kekuatan kepada masyarakat. Dengan ritual kirab, Tuhan akan memberikan keselamatan dan kekuatan seperti halnya ia memberikan kekuatan kepada pusaka yang dipercaya masyarakat Jawa memiliki kekuatan.” ujarnya.

Hingga saat ini kebo Kyai Slamet masih digunakan untuk cucuk lampah dalam Kirab Pusaka Malam 1 Suro. Sebagian masyarakat mempercayai tuah yang akan diterima jika berhasil ngalap berkah dengan membawa pulang kotoran kerbau bule tersebut.

Kebo keturunan Kyai Slamet tersebut seringkali pergi jalan – jalan jauh dari Keraton Surakarta. Tak jarang kebo – kebo itu bisa berjalan hingga Madiun dan Cilacap. Namun uniknya setiap menjelang malam 1 Sura, kebo-kebo bule tersebut dengan sendirinya pulang ke kandangnya untuk mengikuti Kirab Pusaka Malam 1 Suro.

(wd)