SOLO, solotrust.com - Kirab Malam 1 Suro tradisi tahunan dalam memperingati tahun baru Islam menjadi daya tarik tersendiri bagi khalayak ramai.
Warga masyarakat dari Solo dan luar kota beramai-ramai memadati sepanjang Jalan Slamet Riyadi segmen Jalan Yos Sudarso Nonongan hingga Bundaran Gladag menyaksikan iring-iringan, sebelum rombongan Kirab Kebo Keturunan Kyai Slamet kembali memasuki Keraton Kasunanan Surakarta, Minggu (1/9/2019) pukul 02.00 WIB
Kebo keturunan Kyai Slamet yang menjadi Pusaka Keraton keluar dari Keraton sekitar pukul 00.00 WIB menempuh rute Supit Urang - Alun-Alun Utara - Jalan Jendral Sudirman - Jalan Mayor Kusmanto - Jalan Kapten Mulyadi - Jalan Veteran - belok ke utara menuju Jalan Yos Sudarso kemudian kembali menuju Jalan Slamet Riyadi, belok ke selatan menuju Jalan Pakoe Boewono, dan kembali ke Keraton Kasunanan.
Yadi (34) warga Nusa Tenggara Barat yang kebetulan sedang bertugas di Solo menyempatkan menyaksikan langsung kegiatan sakral dalam menyambut tahun baru Islam di Kota Solo ini.
"Baru tahun ini melihat mas, kebetulan tugas di sini, istri sama anak juga pengen lihat, sebelumnya cuma nonton di youtube," kata dia.
Dirinya mengaku ingin menyaksikan langsung tradisi dan budaya asli daerah yang tidak bisa ditemukan di daerah lain.
"Tradisi daerah kan berbeda-beda kita harus mengenal juga tradisi daerah lain, dan menurut saya ini bagus ya dan harus terus dilestarikan, kalau diberikan kesempatan tahun depan ingin nonton lagi, ini bagus sekali, unik," kata pria yang bekerja untuk proyek Tol Solo - Kertosono itu.
Nita (25) warga Wonosobo mengaku sengaja datang di Kota Solo malam ini untuk menyaksikan langsung kesakralan Malam Kirab 1 Suro. Ia datang bersama ketiga sanak saudaranya. Meskipun menunggu lama hingga 4 jam namun lelahnya terbayarkan setelah bisa menyaksikan iring-iringan Kerbau Bule secara langsung dibarisan paling depan dan mengabadikan di gadgetnya.
"Iya ke sini memang sengaja pengen lihat ini, kan ada kepercayaan dan sejarahnya, dibilang juga katanya kotorannya membawa berkah. Tadi sempet takut seperti mau nyruduk gitu tapi ternyata memang suka seperti itu berjalannya," ujarnya
Sebelumnya diberitakan, Keraton Kasunanan menggelar Kirab "Mangayubagya Warsa Anyar 1 Suro Wawu 1953". Tradisi kirab tahunan ini kembali digelar berdasar penghitungan kalender Sinuhun Sultan Agung yang merupakan gabungan kalender Hijriyah dan Saka. Tradisi tahunan ini digelar guna menyambut tahun baru Islam, yakni 1 Muharram 1441 H.
Dalam perayaan kirab tahun ini, turut dikirab pula 9 keris pusaka. Selain itu, menurut Pengageng Parentah Karaton Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo mengatakan ada 9 ekor Kebo Bule yang dikirab. Adapun Kebo Bule merupakan turunan Kebo Bule Kyai Slamet yang oleh sebagian kalangan masyarakat dianggap keramat.
"Selain beberapa pusaka, ada 9 pusaka Dalem (kebo bule) yang dikirab," ujar Gusti Dipo, sapaan akrab KGPH Dipokusumo saat ditemui solotrust.com di sela persiapan kirab.
Dalam kirab, sejumlah kerbau tersebut berperan sebagai Cucuking Lampah (pemandu kirab) yang diikuti barisan pembawa pusaka seperti Putra Dalem, Wayah Dalem, Sentana Dalem, Kerabat Dalem, juga diiringi para Abdi Dalem serta masyarakat. (adr)
(wd)