Ekonomi & Bisnis

Sering Sebabkan Inflasi, TPID Solo Fokus Kendalikan Harga Cabai

Ekonomi & Bisnis

18 September 2019 15:30 WIB

Pedagang Cabai di Pasar Legi Solo.

SOLO, solotrust.com - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo terus berupaya mencari solusi dalam menghadapi komoditas pangan khususnya cabai yang seringkali mengalami gejolak harga dan menyebabkan terjadinya inflasi. Wakil Ketua TPID Solo sekaligus Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Bambang Pramono menerangkan, cabai terutama cabai rawit merah menjadi sumber inflasi karena dua factor, yaitu permintaan yang tinggi dan di satu sisi wilayah Solo tergantung dari daerah lain pemenuhan kebutuhan cabai. Hal itu disampaikan saat Rapat TPID yang diadakan di Ruang Sabha Widya Sila Lantai 5 Gedung KPw BI Solo, Selasa (17/9/2019). 

Baca: Jaga Inflasi 2019 Rendah dan Stabil, TPID Gandeng Startup hingga Tokoh Masyarakat



"Dari perkembangan inflasi memang Solo Raya khususnya Surakarta ini mengalami deflasi. Namun kita melihat bahwa masih ada sumber inflasi utamanya dari cabai-cabaian utamanya cabai rawit merah. Kami melihat untuk Solo Raya ini spesifik permintaan atau kebutuhan cabai cukup tinggi. Ketika kami coba identifikasi bahwa selain masalah musim yang memang sekarang ini el nino atau musim kemarau berkepanjangan, juga disebabkan oleh sumbernya berasal dari luar Solo Raya, yaitu khususnya Jawa Timur. Ketergantungan dari luar ini pastinya menyebabkan harga cabai di Solo Raya akan sangat volatile, itulah sebabnya cabai selalu muncul di setiap tahun," paparnya.

Untuk itu, pihaknya berupaya mencari solusi agar permasalahan cabai ini tidak lagi menjadi sesuatu yang tiap tahun muncul. Pihaknya melihat dari sisi permintaan perlu dilakukan mitigasi dan penanganan. Dari segi produksi, pihaknya mengajak agar sumber-sumber permintaan yang datang dari rumah tangga dan juga dari Horeka (hotel, restoran dan katering) apakah bisa dipenuhi dengan gerakan menanam cabai di pekarangan dan memanfaatkan lahan yang kosong. Dengan harapan bisa mengurangi permintaan dan pada akhirnya harga cabai bisa terkendali.

Tidak hanya di situ, pihaknya berharap juga ada tindakan pasca panen atau pasca produksinya. Dengan cara mencoba mencari hubungan antar daerah dan distribusi dengan menggandeng startup yang sudah punya channel tidak hanya di Solo Raya atau di Jawa, tapi juga di Bali. Perdagangan semacam ini perlu lebih ditingkatkan dan bila dapat berjalan dengan lancar tidak menutup kemungkinan ke depannya bila pasca panen atau pengolahan cabai lebih bagus bisa dilakukan ekspor. Sehingga dari sisi pertanian dapat tercapai kepastian produksi untuk menjual komoditas, inflasi terkendali sehingga paling tidak ada juga kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia sendiri telah menunjukkan perannya melalui pembentukan klaster binaan di beberapa tempat di Solo Raya. Khusus untuk komoditas cabai, klaster binaan Bank Indonesia baru 2, yaitu di daerah Kismantoro Kabupaten Wonogiri dan di Sumberlawang Kabupaten Sragen. Kesuksesan suatu klaster binaan ke depan akan direplikasi di wilayah lain yang potensial. Soal penambahan jumlah klaster, pihaknya mengaku menyesuaikan anggaran yang dianggarkan.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh TPID Solo tentu tidak bisa berjalan dengan sendirinya. Pihaknya mengaku senantiasa mengajak diskusi dengan perbankan maupun pihak pihak yang memang punya potensi untuk diajak kerjasama bersinergi supaya dampak bisa lebih kelihatan. Sebab upaya TPID ini tidak hanya terkait dengan ketahanan pangan, kestabilan inflasi, tapi juga untuk mendorong pariwisata dari segi horeka. Bahkan, meski ini masih jauh, bisa dilakukan ekspor bila pengolahan pasca panen berhasil dilakukan dengan teknologi yang mendukung.

Baca: Kanker Paru Ancam Nyawa 69% Pria di Indonesia

"Kita perlu melihat daerah daerah mana yang bisa dikembangkan untuk komoditas yang berdampak pada inflasi utamanya. Sekaligus mendorong misalnya rumah pangan atau desa pangan dimana desanya bisa menjadi desa wisata atau spot-spot untuk wisata kunjungan bila ditata dengan baik. Di sini perlu komitmen bersama utamannya dari pemerintah daerah," pungkas Bambang. (rum)

(wd)