Pend & Budaya

Catat! Belajar bagi Anak Usia Dini adalah Bermain, Bukan Duduk

Pend & Budaya

16 Desember 2019 13:05 WIB

Tim PSJ LPPM UNS saat memberikan workshop motorik untuk guru dan anak usia dini di salah satu KB-TK sasaran, beberapa waktu lalu. (Dok. Istimewa)

SOLO, solotrust.com – Belajar bagi anak usia dini adalah melalui proses bermain dan bukan dengan aktivitas duduk di dalam kelas. Hal itulah yang mendasari Pusat Studi Jepang (PSJ) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar Workshop Sosialisasi Practical Knowledge Model Jepang.

Workshop Sosialisasi Practical Knowledge memberikan pelatihan dan pembekalan mengenai aktivitas motorik anak kepada guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara intens dan terukur selama tiga bulan, mulai 31 Agustus 2019 hingga 12 Desember 2019 di dua lokasi terpisah. PSJ LPPM UNS menaruh perhatian khusus terhadap pola didik PAUD di Indonesia yang dinilai belum memberikan kesempatan dan ruang bagi anak untuk melakukan aktivitas fisik secara bebas.



“Lokasi pertama, KB-TKIT Azzahra di Kelurahan Pajang. Kedua di KBIT dan RA Permata Hati yang terletak di Kecamatan Jebres, Surakarta. Dengan terselenggaranya kegiatan tersebut, Tim P2M PSJ LPPM UNS berharap agar guru-guru PAUD di Kota Surakarta dan sekitarnya dapat memahami aktivitas motorik anak sejak usia dini,” kata Ketua P2M PSJ LPPM UNS, Murni Ramli, Minggu (15/12/2019).

Melalui workshop mengenai pemahaman motorik anak ini, Murni Ramli bersama Dyah Yuni Kurniawati dan Teguh Endah Saraswati mengharapkan pola pikir guru-guru PAUD untuk mulai memfokuskan aktivitas fisik atau motorik bagi anak-anak usia dini di lembaganya masing-masing.

“Pemahaman guru PAUD mengenai aktivitas motorik anak menjadi sangat penting sebab dalam masa pertumbuhannya, anak sangat memerlukan ruang dan kesempatan untuk bebas bergerak,” jelas dia.

Salah satu anggota Tim P2M PSJ LPPM UNS, Dyah Yuni Kurniawati menjelaskan, sejak 2013 pihaknya melakukan penelitian terhadap perilaku dan aktivitas motorik anak seperti yang telah diterapkan Jepang. Hasil penelitian, beberapa di antaranya telah disosialisasikan kepada PAUD di Klaten, Sukoharjo, Salatiga, dan Surakarta melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan sejak 2014.

Dalam beberapa penelitian, keterkaitan erat antara kegiatan fisik motorik dengan kecerdasan anak sudah dibuktikan bahwa belajar bagi anak usia dini adalah melalui proses bermain, bukan dengan aktivitas duduk di dalam kelas karena pada dasarnya aktivitas alamiah anak-anak adalah bergerak.

“Ke depannya, pola pendidikan di tingkat PAUD dengan mengedepankan aktivitas motorik akan terus dikaji dan dikembangkan oleh Tim PSJ LPPM UNS. Hal tersebut dimaksudkan agar pola didik PAUD di Indonesia dapat memiliki kekhasannya tersendiri,” pungkas dia. (adr)

(redaksi)