Serba serbi

Kenali Penyebab dan Gejala Skizofrenia pada Anak

Kesehatan

1 Maret 2020 00:34 WIB

Iilustrasi.


JAKARTA, solotrust.com- Skizofrenia adalah gangguan mental kronis. Kondisi ini sangat langka pada anak-anak dan sulit untuk mengidentifikasi gejalanya pada fase awal. Kondisi ini dapat menganggu kemampuan berpikir anak, mengakibatkan halusinasi dan delusi.



Gejala negatif yang biasanya dialami yaitu anak mudah emosi, sering melakukan kekerasan, dan mengisolasi diri dari lingkungan. Identifikasi gejala pada fase awal penyakit ini sulit dicermati karena kondisi fisik dan mental anak terlihat tidak ada masalah.

Skizofrenia yang terjadi pada anak-anak sama dengan orang dewasa. Penelitian untuk mengetahui penyebab awalnya masih terus dikaji. Tidak mungkin penyebabnya tunggal, pasti berkaitan antara faktor lingkungan dan genetika. Berikut beberapa fakta yang dilansir dari laman Boldsky.

 

1. Keturunan

Genetika mempengaruhi perkembangan skizofrenia pada anak. Jika memiliki orang tua atau saudara yang mengidap skizofrenia, maka kemungkinan mengidap gangguan jiwa yang sama adalah 10 persen. Namun, bukan berarti jika orang tua skizofrenia, anak pasti terkena juga. Memang, genetika bisa menjadi faktor penyebab skizofrenia, tetapi belum tentu diturunkan.

 

2. Struktur otak

Jika memiliki struktur otak yang abnormal, anak cenderung mengalami skizofrenia. Hal ini juga dapat menjadi salah satu penyebab.

 

3. Lingkungan

Terkadang, faktor lingkungan memainkan peran penting dalam menyebabkan penyakit kejiwaan kronis ini. Menurut beberapa penelitian, wanita hamil dengan tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan skizofrenia pada keturunan mereka. Situasi lingkungan yang dapat memicu skizofrenia adalah infeksi virus di dalam rahim, kehilangan orang tua di masa kecil, kekerasan fisik anak, anak menderita infeksi virus saat bayi, kadar oksigen yang rendah selama persalinan.

 

Biasanya, gejala skizofrenia terjadi pada usia pertengahan hingga akhir 20-an. Bahkan, gejala awal dapat terlihat sebelum usia 18 tahun. Gejala tergantung dari tingkat keparahan.

A. Gejala pada usia batita berkaitan dengan fase perkembangan awal anak, seperti terlambat merangkak, terlambat bicara, lengan mengepak, terlambat berjalan, dan sebagainya.

B. Gejala pada usia remaja di antaranya penurunan kinerja sekolah, kesulitan tidur, depresi, mudah marah, penurunan motivasi.

C. Gejala menjelang usia dewasa. Bertambahnya usia, mereka mulai menunjukkan gejala yang lebih khas dari penyakit ini, seperti sering mengalami halusinasi, delusi, perilaku yang serampangan, gerakan yang berlebihan, tidak peduli pada lingkungan sekitar.

Jika anak menunjukkan gejala kebiasaan makan yang aneh, tidak bersosialisasi, paranoid, ketinggalan dalam pelajaran, memiliki ketakutan yang aneh dan berlebihan, menganggap mimpi adalah kenyataan, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Lakukan perawatan medis dengan baik. Bila penyakit serius ini tidak diobati sejak dini dapat memperparah perilaku negatifnya dan emosional. #teras.id

(wd)