Entertainment

Kisah Chairil Anwar, Sang Penyair yang Meninggal Muda

Profil dan Tokoh

29 April 2020 21:31 WIB

Chairil Anwar (Dok. Istimewa)

Solotrust.com - “Sekali berarti sesudah itu mati,” demikian penggalan bait puisi karya Chairil Anwar berjudul ‘Maju’. Penggalan bait puisi ini cukup dikenal luas di kalangan dunia sastra Indonesia.

Chairil Anwar dengan gayanya yang khas mampu menghidupkan tiap bait kalimat dalam puisinya. Kiprahnya dalam dunia sastra Indonesia membawa warna tersendiri hingga hari kematiannya pada 28 April pun diperingati sebagai Hari Puisi Nasional.



Lahir 26 Juli 1922 di Medan, Sumatra Utara sebagai anak tunggal Bupati Indragiri Riau Toeloes dengan Saleha, Charil masih mempunyai tali persaudaraan dengan Perdana Menteri Pertama Indonesia, Soetan Sjahrir.

Sikap Chairil Anwar cenderung keras kepala dan tak mau kehilangan apa pun merupakan cerminan kepribadian orang tuanya. Mengutip Wikipedia, perkenalannya dengan dunia sastra dimulai ketika Chairil Anwar berusia 19 tahun pascaperceraian kedua orang tuanya dan hijrah ke Batavia mengikuti ibunya.

Meski berhenti sekolah ketika usianya menginjak 18 tahun, namun Chairil Anwar tetap haus ilmu pengetahuan dengan membaca karya-karya pengarang internasional. Cita-citanya untuk menjadi seorang seniman pun telah dipupuknya ketika berusia 15 tahun. Tak heran jika akhirnya Chairil Anwar akrab dengan tulisan para penulis terkenal, seperti Rainer Maria Rilke, WH Auden, dan Hendrik Marsman.

Chairil Anwar mulai dikenal di dunia sastra setelah pemuatan puisinya berjudul 'Nisan' pada 1942. Puisi Chairil Anwar rata-rata merujuk pada kematian.

Kecemerlangannya menuliskan kata per kata dalam sebuah bait puisi tampaknya tidak diimbangi dengan kondisi fisiknya. Chairil Anwar sudah lama menderita penyakit paru-paru dan infeksi sehingga muncullah penyakit usus dan berujung pada kematiannya ketika dirawat di Rumah Sakit CBZ (RS Dr Cipto Mangunkusumo) Jakarta pada 28 April 1949. Dia kemudian dimakamkan di Pemakaman Umum Karet Bivak Jakarta.

Di saat detik-detik menjelang ajal menjemput, Chairil Anwar sempat mengigau dan bertobat kepada Dia Yang Menciptakan, “ Tuhanku.. Tuhanku..,” ucap Chairil Anwar lirih dan tak berselang lama napas penghabisannya pun terembus untuk kali terakhir.

(redaksi)