SRAGEN, solotrust.com- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen mulai melakukan rapid test massal kepada warga dari berbagai kalangan di 20 kecamatan. Agenda Test cepat massal dengan 2.500 unit rapid test dilakukan mulai Kamis (28/5/2020). Sebelumnya , Rapid Test telah digelar di berbagai ruang publik , seperti di pusat pusat perbelanjaan.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati optimistis wabah virus corona di Sragen bisa dikendalikan dengan baik. Apalagi hasil sampel acak yang diambil dalam rapid test di tiga swalayan pada pekan lalu semuanya non-reaktif.
Ribuan unit rapid test tersebut dipesan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dan sudah datang per Rabu (27/5/2020). Bupati Sragen mengatakan, petugas kesehatan bakal melakukan tes cepat secara acak kepada warga di 20 kecamatan.
“Mengadakan rapid test di beberapa tempat pusat-pusat keramaian yang ada di Kabupaten Sragen.” Ucap Bupati.
Bupati Yuni menargetkan bisa mengambil sampel 10.000 orang lewat rapid test massal di Sragen.
Pihaknya menginginkan rapid test massal itu diikuti semua kelompok masyarakat di Sragen secara merata dengan random sampling, yakni mencakup kalangan petani, pemuda, pedagang, pembeli, sampai tokoh agama.
Semua itu dilakukan Pemkab Sragen, untuk mengetahui gambaran persebaran virus corona di Sragen secara komprehensif. Dia berharap semua sampel yang diambil di 20 kecamatan itu juga hasilnya non-reaktif. Setelah diketahui gambaran Sragen secara komprehensif dan angka kasus Covid-19 bisa nol, maka status kejadian luar biasa (KLB) atau kegawatdaruratan Covid-19 bisa dicabut.
“Harapan kami sampling yang kami ambil ini bisa mencerminkan adanya perubaha perilaku tidak dari masyarakat terkait kampanye yang gencar kita lakukan Selama ini.” Tambahnya.
Yuni menyampaikan kasus positif Covid-19 di Sragen tinggal 9 orang setelah 8 orang dinyatakan sembuh per Selasa (26/5). Dia yakin virus corona di Sragen bisa dikendalikan dengan catatan masyarakat tetap menaati protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan seterusnya.
Dia mengatakan hal itu menjadi kebiasaan baru atau the new normal seperti yang diserukan pemerintah pusat dengan tetap waspada terus menerus. (saf)
(wd)