Ekonomi & Bisnis

Jokowi: 8 Bandara Berpotensi Jadi Hub dan Super Hub

Ekonomi & Bisnis

6 Agustus 2020 13:31 WIB

Bandara Soekarno-Hatta (Sumber: Instagram-@soekarnohattaairport)

JAKARTA, solotrust.com - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ada delapan bandar udara (Bandara) internasional berpotensi menjadi hub dan super hub. Hal itu diungkapkan presiden saat memimpin rapat terbatas (Ratas) mengenai Penggabungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Sektor Aviasi dan Pariwisata, Kamis (06/08/2020) di Istana Merdeka, Jakarta.

Beberapa bandara yang disebut Jokowi dalam ratas, yakni Ngurah Rai, Soekarno-Hatta, Kualanamu, Yogyakarta, Balikpapan, Hassanudin, Sam Ratulangi, dan Juanda di Surabaya.



Lebih lanjut, pihaknya menyampaikan dua sektor terdampak terkontraksi sangat dalam saat pandemi Covid-19, yakni pariwisata dan penerbangan.

Namun demikian, presiden mengemukakan hal ini justru menjadi momentum untuk konsolidasi dan transformasi di bidang pariwisata dan penerbangan melalui penataan lebih baik lagi. Penataan di antaranya mengenai rute penerbangan, penentuan hub dan super hub, serta kemungkinan penggabungan BUMN penerbangan dan pariwisata.

“Sehingga next pandemi, fondasi ekonomi di sektor pariwisata dan transportasi akan semakin kokoh dan  semakin baik dan bisa berlari lebih cepat lagi,” imbuh presiden.

Untuk itu, Jokowi menyampaikan beberapa penekanan pada ratas kali ini. Pertama, presiden melihat airline hub yang dimiliki terlalu banyak dan tidak merata.

“Saat ini terdapat 30 bandara internasional, apakah diperlukan sebanyak ini. Negara-negara lain saya kira enggak melakukan ini, coba dilihat dan sembilan persen lalu lintas terpusat hanya di empat bandara,” kata Jokowi.

Artinya, sambung dia, kuncinya ada pada empat bandara, yakni Soekarno-Hatta Jakarta, Ngurah Rai Bali, Juanda di Jawa Timur, dan Kualanamu di Sumatra Utara.

Kedua, presiden menegaskan harus berani menentukan bandara yang berpotensi menjadi internasional hub dengan pembagian fungsi sesuai letak geografis dan karakteristik wilayahnya. Ketiga, Jokowi mengemukakan agar terjadi sebuah lompatan di sektor pariwisata terhadap pengelolaan ekosistem pariwisata dan pendukungnya, termasuk penerbangan harus didesain dengan manajemen lebih terintegrasi dan terkonsolidasi dari hulu sampai hilir.

“Ini yang tidak pernah dilakukan. Mulai dari manajemen airline, manajemen bandaranya, layanan penerbangan yang tersambung dengan manajemen destinasi, hotel, dan perjalanan, bahkan sampai kepada manajemen dari produk-produk lokal dan industri kreatif yang kita miliki,” pungkas dia. 

(redaksi)