Hard News

Menuju Pembelajaran Tatap Muka, Pemetaan Wilayah dan Protokol Kesehatan Harus Ketat

Jateng & DIY

18 Mei 2021 12:13 WIB

Suasana uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

SOLO, solotrust.com - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) rencana akan dilakukan mulai bulan Juli 2021, meski dalam kondiis yang terbatas karena masih pendemi covid 19.

Beberapa daerah pun sudah mulai melakukan ujicoba PTM. Seperti halnya di Jawa Tengah, pelaksanaan uji coba PTM sudah digelar sejak 5 April lalu. Ada 140 sekolah tingkat SMP/ SMA/ SMK/ dan MA/ yang ditunjuk melaksanakan uji coba ini. Pelaksanaan uji coba PTM di Jateng digelar secara bertahap, tahap perama 5 hingga 16 April, tahap kedua pada 26 April sampai 7 Mei, dan terakhir tahap ketiga yakni 12 Juli sampai September nanti.  



Pengamat pendidikan dari UNS Solo, Rohmadi pun berpendapat bahwa pembelajaran Tatap muka memang harus segera dilakukan meski bertahap, agar nantinya semua dapat menyesuaikan dan tatap muka secara penuh dapat dilakuakn. Menurutnya baik pihak sekolah maupun siswa sudah banyak yang merindukan PTM ini.   

“Pihak sekolah dan siswa sudah merindukan PTM, ada sisi sisi keterbatasan antara pembelajaran tatap muka dan daring, ini nanti yang akan menjadi titik temu bagaimana melakukan kalkulasi pembelajaran tatap muka itu dengan pola bertahap sampai akhirnya dari 25%, 50%, 75 sampai 100.” Kata rohmadi beberapa waktu lalu.

Ia pun menggaris bawahi untuk tahap awal pelaksanaan,wilayah sekolah harus dipetakan berdasar tingkat kasus covid 19nya.

“setiap sekolah dilakukan tahapan PTM ndak papa, namun harus melihat pemetaannya, mana yang hijau, mana yang orange itu dibedakan.” Ujarnya.

Ia pun mengajak agar semua pihak mendukung upaya pembelajaran Tatap Muka ini. Dimulai dari diri sendiri, seperti menjaga pola hidup sehat, melakukan protokol kesehatan dengan baik dan senantiasa memiliki pemikiran yang positif agar imunitas terjaga.  

“Sepanjang budaya hidup sehat dijalani, imun kita kuat, stamina kuat sebenarnya sehat-sehat saja, dan ini yang harus dilatih adalah cara pandang dan cara berpikir kita, sehingga kesehatan kita akan sangat dipengaruhi oleh psikologi kita.” Katanya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak Prof.  Soedjatmiko juga mengungkapkan persiapan yang harus dilakukan sebelum membuka sekolah tatap muka. Syarat utama adalah kasus baru terkonfirmasi COVID-19 dan kematian di wilayah tersebut harus turun terus menerus selama dua pekan atau lebih.

"Lebih baik jika tidak ada kasus baru. Kalau masih fluktuatif tunda dulu," ujar Prof. Soedjatmiko Minggu (16/5/2021).

Sebelum sekolah dibuka, Komite Sekolah harus mengecek kesiapan para guru dan sarana di sekolah apakah sudah siap. Antara lain, disinfektan meja kursi pintu dinding, banyak wastafel dengan air mengalir dan sabun, pengaturan tugas guru mengatur murid-murid ketika datang atau pulang tidak saling bermain.

Prof. Soedjatmiko mengingatkan, meski vaksinasi bisa melindungi guru namun jika terinfeksi COVID-19 dan kalau jumlah virusnya banyak masih bisa menularkan ke murid.

"Kalau bisa semua guru PCR dulu, yang positif dikarantina. Guru dan murid yang demam, batuk, pilek, diare, berobat dulu, istirahat 3-5 hari," katanya.

Prof. Soedjatmiko juga mengatakan, persiapan lainnya adalah ada pengaturan jumlah, jarak, dan posisi meja kursi agar anak tidak saling mendekat di dalam kelas. Mungkin perlu juga pembatasan dengan tali antara kursi untuk kelas 1 dan 2 SD supaya anak tidak berjalan-jalan saling mendekat di dalam kelas.

"Kalau sekolah belum siap, sebaiknya sekolah ditunda dulu," katanya.

Sementara itu kepala SMA Negeri 8 Solo Daryanto juga menyatakan di sekolahnya sudah siap melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka. Meski pelaksanaan uji coba di sekolahnya ditunda, namun sarana prasarana untuk protokol kesehatan telah disiapkan, termasuk perizinan dan komunikasi dengan pihak satgas covid 19, Puskesmas maupun persetujuan orang tua siswa.

 “Kami sudah menyiapkan untuk PTM baik sarana prasarana baik untuk siswa maupun para guru, sewaktu waktu diperintah PTM sudah siap.” Ujarnya.

“Sarana prasarana tempat cuci tangan, thermogun, kemudian alat semprot disinfektan itu, semua kami wajibkan bermasker, tempat duduk juga kami tata sedemikian rupa agar bisa menjaga jarak.” Urainya.

Selain harus mempersiapkan protokol kesehatan yang ada, pihaknya juga harus mempersiapkan masa peralihan dimana para siswa maupun guru telah sekitar 1 tahun melaksanakan pembelajaran daring, kini harus dibawa ke luring atau tatap muka. Namun dirinya optimis dengan upaya yang tepat maka pembelajaran normal akan segera terealisasi dengan baik.

(wd)