Pend & Budaya

On Stage Tampilkan Sajian Tunggal Fajar di Ufuk Barat

Pend & Budaya

4 Juni 2021 17:31 WIB

Pementasan tari Fajar di Ufuk Barat karya Razan Wirjosandjojo dalam gelaran acara On Stage yang diadakan Studio Plesungan di Teater Arena TBJT, Senin (31/05/2021)

Solotrust.com - Sinar temaram pencahayaan panggung Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) yang berkabut menyelimuti seorang pria sedang terbaring di lantai. Ia memeluk celengan ayam, berteman lantunan seni tutur sinrilik mengiringi. Tak berapa lama, pria itu perlahan bangkit dan melakukan beberapa perubahan serta peralihan gerak hingga akhirnya menjatuhkan celengan ayam yang dibawanya.

Itulah sedikit gambaran dari pementasan tari 'Fajar di Ufuk Barat' karya Razan Wirjosandjojo dalam gelaran acara On Stage yang diadakan Studio Plesungan di Teater Arena TBJT, Senin (31/05/2021).



Saat ditemui solotrust.com sebelum pementasan, Razan Wirjosandjojo mengaku latar belakang pementasan didasari perkataan kakek buyutnya, Sukiman Wirjosandjojo, seorang tokoh Masyumi dan sempat menjadi Perdana Menteri pada 26 April 1951 hingga 1April 1952 yang mengatakan  kepada keturunannya untuk tidak mengikuti jejaknya masuk ke dunia politik.

"Dulu ayahku sempat memberikan wejangan kepadaku bahwa semua keturunan Sukiman Wirjosandjojo, yaitu kakek buyutku untuk tidak berpolitik. Waktu itu aku masih kelas lima SD dan aku belum paham," ungkap Razan Wirjosandjojo menjelaskan.

Setelah menginjak bangku SMA, Razan baru menyadari kiprah kakek buyutnya di dunia perpolitikan Tanah Air semasa hidup. Dari situ, ia tergelitik untuk lebih mencari tahu kiprah kakek buyutnya yang memutuskan keluar dari dunia perpolitikan dan melanjutkan kariernya sebagai dokter paru-paru.

Berbekal mempelajari sejarah kakek buyutnya itulah, Razan Wirjosandjojo mempunyai ide membuat gagasan karya tentang sebuah peralihan. Dalam sajian itu, ia juga menghadirkan sebuah simbol berupa celengan ayam. Razan mengatakan simbol ayam dimaknainya sebagai sebuah hari baru.

"Ketika kita berada dalam kata peralihan itu kan sebetulnya seperti penyambung kita terhadap sebuah perubahan, seperti masa lalu menuju masa depan yang lalu, yang depan, yang akan datang. Seperti ayam ini mengisyaratkan hari-hari yang baru, sebuah harapan yang baru, sesuatu yang baru itu akhirnya sesuatu yang akan datang." jelasnya.

Razan Wirjosandjojo menambahkan, saat dirinya bergerak membawa celengan ayam, ia menggambarkan setiap manusia bergerak pasti untuk memaknai sesuatu. Bergerak dalam artian luas, seperti ditangkap Razan tentang Sukiman Wirjosandjojo yang kembali menjadi dokter dengan tujuan agar bisa membantu dan mensejahterakan orang lain.

Razan Wirjosandjojo melanjutkan, karyanya juga terinspirasi dari berbagai hal peralihan dalam hidup serta peralihan yang terjadi pada keluarganya.

Maestro tari Indonesia, Sardono W Kusumo yang kebetulan pada malam itu juga hadir menyaksikan pertunjukan, dalam sesi diskusi lebih menyoroti Razan sebagai seorang penari.

"Tubuh kamu itu bagus. Tubuh yang canggih. Politik tubuh yang membebaskan ada pada tubuhmu," ujar Sardono, usai meminta Razan kembali memperagakan sebuah gerakan.

"Gerakan dalam tubuhmu itu merambat. Gerakan dari otot-otot yang merambat, bergerak di antara ruang tubuh anda sendiri dan anda menyadarinya saat bergerak. Itu seperti ada energi yang menggeliat dalam tubuh," tambah Sardono.

Pertunjukan Fajar di Ufuk Barat karya Razan Wirjosandjojo merupakan sajian tunggal dalam program On Stage kali ini. On Stage sendiri ialah sebuah program rutin dua bulanan sekali, menyajikan karya seni pertunjukan diadakan Studio Plesungan bekerja sama dengan Taman Budaya Jawa Tengah. (dd)

(and_)