Solotrust.com - 21 Juni 1970, rakyat Indonesia kehilangan salah satu sosok pendiri bangsa sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno. Tokoh bangsa yang lebih akrab disapa Bung Karno wafat saat menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto. Saat itu ia berstatus tahanan politik usai lengser dari jabatannya setelah Soeharto mengambil alih tampuk kepemimpinan.
Bung Karno diketahui mengalami masalah pada ginjalnya sehingga membutuhkan perawatan rutin. Setelah mengidap penyakit ginjal selama lima tahun, Putra Sang Fajar mengembuskan napas terakhirnya ketika dirawat di RSPAD Gatot Subroto. Jenazah lantas dibawa ke Wisma Yaso dengan pengawalan ketat sebelum dikebumikan.
Dalam buku autobiografi Bung Karno berjudul 'Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,' Bung Karno sempat berwasiat tentang pemakamannya kelak saat meninggal.
"Di bawah pohon rindang, dikelilingi oleh alam yang indah, di samping sebuah sungai dengan udara segar, dan pemandangan bagus. Aku ingin beristirahat di antara bukit yang berombak-ombak dan di tengah ketenangan. Benar-benar keindahan dari Tanah Airku yang tercinta dan kesederhanaan dari mana aku berasal. Dan aku ingin rumahku terakhir ini terletak di daerah Priangan yang sejuk, bergunung-gunung dan subur di mana aku kali pertama bertemu dengan petani Marhaen," ungkap Bung Karno yang dituliskan kembali oleh Cindy Adams.
Sementara menurut sumber lain, saat wafat, Bung Karno ingin dimakamkan di Istana Batu Tulis Bogor. Namun, Soeharto yang kala itu menjadi Presiden kedua Republik Indonesia lewat Keppres RI No.44 Tahun 1970 memutuskan untuk memakamkan Sang Proklamator di Blitar. Hal itu lantaran makam ibunda Bung Karno berada di Blitar.
Jenazah presiden yang memerintah selama 22 tahun disambut masyarakat Indonesia di sepanjang jalan saat hendak dimakamkan di Blitar. Tangis kesedihan pecah dari mata rakyat Indonesia yang berjubel dan ingin memberi penghormatan terakhir saat melihat iring-iringan jenazah Sang Proklamator lewat di depan mereka. (dd)
(and_)