Serba serbi

Tampilkan Adegan Kematian Tragis, Film Animasi Tidak Baik untuk Anak-Anak?

Musik & Film

14 Februari 2018 16:45 WIB

Eric Hanson (tengah) saat mengisi seminar Changing the World with Animation di Sekolah Tinggi Multi Media "MMTC" Yogyakarta, Rabu (14/2/2018). (solotrust-mia)

YOGYAKARTA, solotrust.com - Film animasi produksi Disney selama ini dikenal kerap menampilkan adegan kematian yang dramatis. Contohnya saja seperti film Disney-Pixar terbaru, Coco. Di film tersebut, diceritakan ayah Coco tewas karena diracuni oleh rekan kerjanya sendiri.

Bagi penonton dewasa, adegan kematian itu pastinya mampu menimbulkan rasa empati dan simpati pada tokoh utama. Namun apakah efeknya akan sama jika ditonton oleh anak-anak?



Menanggapi hal itu, Eric Hanson, animator yang pernah menggarap film animasi Disney, Fantasia 2000, menceritakan bagaimana respon anaknya setelah menyaksikan adegan kematian. Animator kawakan asal Amerika Serikat itu bercerita anaknya sewaktu masih berusia sekitar 4-5 tahun pernah menonton film Spider-Man.

"Dia melihat adegan seseorang meninggal di film Spider-Man. Kemudian dia merasa banyak tekanan, lalu kami bawa ke psikilog. Dia menangis dan berkata 'Aku tidak mau meninggal'," cerita Eric Hanson saat mengisi seminar Changing the World with Animation di Sekolah Tinggi Multi Media "MMTC" Yogyakarta, Rabu (14/2/2018).

Hanson sedikit terkejut dengan hal pertama yang dikatakan oleh sang psikolog. "Psikolog bertanya, kamu membiarkan anakmu menonton film Disney? Lalu aku menjawab ya, aku bolehkan. Psikolog kemudian mengatakan, 'Itu adalah sebuah kesalahan, banyak film Disney tersebut menampilkan situasi yang menegangkan, yang tidak semua anak paham. Hampir semua film (Disney) menampilkan orang tua meninggal," kata dia.

Lalu mengapa harus ada kematian dalam film animasi? Eric Hanson menjawab kisah kematian itu sudah dianggap sebagai formula untuk membuat sebuah film yang bagus. "Ada cerita tragis kemudian tokoh utama yang menjadi pemberani karena berkaca dari kesedihannya misalkan. Kesalahannya di situ bahwa kita berangkat dari kaca mata orang dewasa kemudian membuat sesuatu untuk anak-anak. Kenapa tidak berangkat dari anak-anak yang bisa ditonton untuk semuanya," ungkapnya.

Animator yang menggarap The Day After Tomorrow ini pun memberikan tips bagaimana membuat film animasi yang dapat dikonsumsi oleh semua umur. Kata dia, salah satu caranya yaitu dengan mengambil tema yang timeless (tanpa batasan waktu). (mia)

(way)