Pend & Budaya

Teater EKS Surakarta Sajikan Pementasan Tri Koro Dharmo, Cikal Bakal Sumpah Pemuda

Pend & Budaya

31 Oktober 2021 21:56 WIB

Salah satu adegan pementasan Teater EKS Surakarta dengan judul naskah Tri Koro Dharmo, Jumat (29/10/2021). (Foto: Rio Daniswara/Teater EKS Surakarta)

SOLO, solotrust.com - Adegan slide orang mengetik menggunakan laptop terlihat di layar saat pementasan dimulai. Seorang wanita terlihat mengetik peristiwa lahirnya Budi Utomo tertanggal 20 Mei 1908, awalnya bercita-cita agar bisa segera lepas dari bayang-bayang kolonial dengan berdirinya organisasi itu.

Namun sayangnya, jauh panggang dari api. Budi Utomo diisi kalangan para priyayi birokrat sehingga menimbulkan kekecewaan bagi para pemuda yang ikut dalam pendirian organisasi itu.



Lepas dari adegan awal, pertunjukan beralih dengan beberapa pemuda intelek sedang menggambarkan kekecewaan perasaannya.

"Saat ini Budi Utomo telah menjadi perkumpulan politik untuk melanggengkan kekuasaan para priyayi," ujar salah satu tokoh bernama Sumitro.

Adegan demi adegan pun kemudian berlanjut hingga terbentuknya Tri Koro Dharmo, mempunyai tiga kandungan makna utama, yakni Sakti, Budi, dan Bakti. Kelak di kemudian hari, Tri Koro Dharmo menjadi cikal bakal lahirnya Sumpah Pemuda.

Pementasan Teater EKS Surakarta ini dilakukan secara virtual dan disiarkan langsung Dinas Pariwisata Surakarta, Jumat (29/10/2021) sore. Pementasan dengan judul Tri Koro Dharmo dilakukan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2021.


Sutradara Panggah Rudhita kepada solotrust.com membeberkan alasan dipilihnya naskah Tri Koro Dharmo untuk dipentaskan.

"Alasan memilih cerita itu untuk diangkat menjadi naskah panggung adalah keinginan menggali tokoh-tokoh (perjalanan menuju sumpah pemuda) yang jarang diketahui untuk ditampilkan. Diteliti dan hasil penelitiannya diramu jadi sebuah pertunjukan," terang Panggah Rudhita yang juga merangkap penulis naskah, Sabtu (30/10/2021).

Setelah beberapa perjalanan riset, kata Panggah Rudhita, dirinya berkesimpulan Jong Java yang dahulu bernama Tri Koro Dharmo adalah suatu tonggak semangat pergerakan pemuda sampai tercetusnya Sumpah Pemuda.

“Ternyata pemrakarsa Tri Koro Dharmo yang bernama Satiman Wirjosandjojo itu asli orang Solo. Kebetulan sekali memang yang ingin saya angkat saat itu Solo/Jawa. Setelah itu saya tindak lanjuti untuk mendalami Satiman Wirjosandjojo, Jong Java dan hal-hal yang memang jarang diketahui oleh publik," ungkap dia.

Panggah Rudhita menambahkan, dirinya ingin menyuguhkan pertunjukan tak hanya menghibur semata, namun juga sebagai pembelajaran sejarah. Dalam hal ini mengangkat tema berlatar sejarah mewarnai perjalanan terbentuknya Indonesia.

Sementara itu, Ketua Teater EKS, Yustinus Popo membeberkan digelarnya pementasan kali ini. Menurutnya, Teater EKS Surakarta berupaya untuk selalu bergerak di tengah pandemi Covid-19 di mana panggung pertunjukan cenderung sepi dari kegiatan pentas.

“Beberapa pementasan, baik offline secara terbatas maupun online dan live streaming bertujuan bahwa Teater EKS ikut ambil bagian dan memberi kontribusi geliat kesenian di Soloraya khususnya dan nasional pada umumnya. Syukur-syukur keadaan kembali normal kita sudah siap untuk pertunjukan-pertunjukan offline selanjutnya," kata Yustinus Popo. (dd)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya