SRAGEN, solotrust.com - Ada yang tak biasa di Lapangan Widoro Sakti Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen pada Rabu dan Kamis (25-26/10/2023). Lapak-lapak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menampilkan produk-produk batik dan suvenir berjajar di sisi Timur. Sementara aneka lapak kuliner tradisional khas Plupuh berjajar di sebelah Barat.
Sementara di sudut lain, sebuah panggung terbuka berdiri di tengah lapangan. Di sisi Utara, tepatnya di tribun, kursi tamu berjajar rapi. Di belakang kursi tamu undangan, terpampang backdrop kegiatan bertuliskan “Gelar Karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Plupuh Batik Carnival”.
Tak sekedar gelar karya P5 biasa, acara digawangi SMK Negeri 1 Plupuh dihelat secara meriah selama dua hari ditujukan untuk memeriahkan Hari Batik Nasional diperingati setiap 2 Oktober. Kegiatan ini sekaligus menyambut Hari Sumpah Pemuda setiap 28 Oktober.
Acara besar baru kali pertama diselenggarakan di Plupuh ini melibatkan stakeholder di Kecamatan Plupuh. Rangkaian acara pertama dimulai pada Rabu (25/10/2023) dengan digelarnya “Men of Batik”.
Acara ini diselenggarakan di tribun Lapangan Widoro Sakti Desa Sambirejo. Sesuai nama kegiatan, acara ini adalah membatik massal dilakukan para pria.
Acara dimulai dengan membatik secara simbolis oleh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Plupuh. Selanjutnya, proses membatik diselesaikan peserta didik laki-laki dari SMK Negeri 1 Plupuh.
Sebanyak 160 peserta didik laki-laki dari jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), dan Tata Busana (TB) menorehkan malam dalam canting pada kain berukuran 40x60 cm yang telah diberi pola dengan corak flora dan fauna.
Kendati awalnya kesulitan, namun akhirnya mereka bisa membatik dengan lancar di bawah bimbingan Ketua Paguyuban Perajin Batik Kecamatan Plupuh, Dali Subagyo yang saat itu ikut hadir.
Ide awal dari membatik massal oleh para pria ini adalah untuk melestarikan budaya karena banyak ditemukan kerajinan batik di Kecamatan Plupuh. Hal itu disampaikan penanggung jawab kegiatan Men of Batik, Arif Budiarno.
Dia berharap dengan membatik massal, generasi muda bisa mengetahui batik dan cara membuatnya. Selanjutnya, pria yang menjabat sebagai Kapro TKR ini mengungkapkan hasil membatik akan digunakan sebagai slayer saat kegiatan ketarunaan.
Hal senada juga disampaikan Kepala SMK Negeri 1 Plupuh, Sri Eka Lelana. Membatik massal sengaja ditujukan untuk anak laki-laki dengan tujuan melestarikan tradisi di Plupuh.
"Kecamatan ini memiliki potensi kerajinan batik, tepatnya di Desa Pungsari. Di sana ada 21 perajin batik juga ikut serta dalam bazar. Jadi ceritanya kain yang dibatik anak-anak itu menjadi slayer yang nantinya dapat digunakan anak-anak sendiri,” ungkapnya.
Selanjutnya, masih menurut Sri Eka Lelana, proses finishing batik berupa pencelupan dan pewarnaan akan dilakukan pada saat pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKKwu).
Acara Men of Batik hari itu ditutup dengan hiburan berupa musik kontemporer dan juga tradisional. Keseruan acara tak hanya terjadi pada Rabu, namun berlanjut Kamis (26/10/2023) sebagai puncak pelaksanaan Plupuh Batik Carnival.
Acara dimulai pagi dengan pentas seni dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK/MA, dan juga kelompok budaya se-Kecamatan Plupuh yang menampilkan berbagai kesenian daerah. Kemeriahan acara mencapai puncaknya setelah zuhur dengan tampilan pawai kostum Batik Carnival oleh TK, SD, SMP, SMK, perajin batik, serta istri camat dan lurah se-Kecamatan Plupuh.
Khusus peserta dari SMK Negeri 1 Plupuh mengenakan kostum yang mereka rancang dan buat dari bahan-bahan daur ulang pada saat kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), mengusung tema gaya hidup berkelanjutan. Semua peserta mengenakan berbagai kostum meriah berjalan dari titik start Lapangan Krida Desa Dari menuju Lapangan Widoro Sakti Desa Sambirejo Kecamatan Plupuh.
Acara karnaval ini diselenggarakan bukan tanpa tujuan. Kepala SMK Negeri 1 Plupuh sebagai ketua panitia mengungkapkan, batik adalah satu dari identitas bangsa yang perlu dilestarikan dan dilanjutkan ke generasi muda.
Pria akrab dipanggil Sella menyebutkan, kegiatan karnaval ada 43 kostum dipamerkan. Peserta dari PAUD, TK, SD, SMP,. SMA/SMK dan warga. Kegiatan ini diharapkan mengangkat industri batik di Sragen. Selain itu juga saluran produk kesenian dan UMKM dari warga Sragen.
Sebagai apresiasi, dari 43 kostum ditampilkan diambil juara I, II, dan III, serta juara kostum terunik. Para pemenang mendapatkan trofi, uang pembinaan, dan juga hadiah hiburan.
Camat Plupuh, Edy Purwanto, menyebutkan kegiatan ini merupakan acara pertama di Plupuh. Ia berharap kegiatan ini menjadi embrio acara serupa yang bisa dilaksanakan setiap tahun.
(and_)