Hard News

Gadis Sunda Dilarang Nikahi Lelaki Jawa? Ini Kata Ridwan Kamil

Nasional

08 Desember 2021 14:55 WIB

Screenshot rekaman video Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat di Yogyakarta (Dok. Instagram/@ridwankamil)

Solotrust.com - Mitos orang Sunda dilarang menikahi suku Jawa berdasar peristiwa Perang Bubat pada zaman Kerajaan Majapahit mendapat tanggapan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Lewat sebuah postingan di akun Instagramnya, @ridwankamil, gubernur yang lebih akrab disapa Kang Emil mencoba menepis mitos terlanjur mengakar di tengah masyarakat itu.



"Gadis Sunda dilarang menikahi lelaki Jawa? Itu hanya mitos yang diproduksi dalam menafsirkan peristiwa sejarah Perang Bubat yang sudah jauh lewat dan memiliki multitafsir sejarah," tulis akun Instagram @ridwankamil, Rabu (08/12/2021).

Ridwan Kamil memaparkan pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat bersepakat dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk bersama-sama menjalin kerja sama merajut persatuan serta kesatuan antardaerah.

"Kami saling kunjung-mengunjungi. Kami datang ke Yogyakarta minggu lalu dan Sri Sultan datang ke Bandung minggu ini. Kami saling muhibah kesenian dan kebudayaan," ungkapnya.

Pada postingannya, Kang Emil juga menyebut beberapa puluh tahun silam saat Sri Sultan Hamengkubuwono X baru merajut kasih dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, keduanya kerap bertemu di Bandung. Alasannya karena ketika itu GKR Hemas ikut orangtuanya yang berdinas di Pindad.

Dikatakan pula, sejatinya sudah sejak lama terjalin sinergi antara pemerintah Bandung dengan Pemprov DIY. Hal ini, di antaranya tergambarkan dengan nama jalan di kedua wilayah.  

"Di Yogyakarta sudah hadir Jalan Pajajaran dan Jalan Siliwangi. Sementara di Bandung hadir Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk," urai gubernur Jawa Barat..

Selain nama jalan, diutarakan Kang Emil, di Alun-alun Utara Yogyakarta ada pohon beringin bernama Wijayandaru. Bibit pohon ini dulunya didapat dari Keraton Pajajaran.

Sinergi antara Sunda dan Jawa ini juga tampak dari kesenian yang berkembang di Yogyakarta. Selama ini banyak orang tak tahu jika Tarian Bedhoyo Sapto kreasi Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan terjemahan dari Serat Pajajaran yang diekspresikan dalam sendra tari Keraton Yogyakarta.

Berdasarkan beberapa fakta itu, Kang Emil pun mengajak siapa saja untuk senantiasa mengedepankan narasi positif agar tak timbul perselisihan. Dengan kebersamaan harapannya persatuan dan kesatuan bangsa bisa selalu terjaga. (dd)


(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya