SOLO, solotrust.com - Sejumlah pedagang di Pasar Nusukan, Solo, masih kesusahan mendapat stok minyak goreng dari pantauan Solotrust.com, Selasa (8/2).
Karena kelangkaan tersebut, beberapa pedagang juga belum berani menurunkan harga eceran tertinggi (HET) sesuai yang ditetapkan pemerintah per 1 Februari, yakni minyak goreng curah Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium sebesar Rp 14.000 per liter.
Diungkapkan salah satu pedagang Pasar Nusukan, Agung Wibowo (28) bahwa ia hanya menyetok 2-3 kardus saja sehari.
Sebelum kelangkaan minyak goreng, dirinya mengaku bisa menyetok hingga 15 kardus per-hari.
"Cuma dikit, 3 atau berapa, sebelum ada subsidi sehari 15," kata Agung.
Agung mendapatkan stok pada 2 hari yang lalu dari marketplace, sementara sebelumnya ia sempat kehabisan stok hingga 4 hari.
"Yang jelas susah, minyaknya tambah langka, kalau yang harga subsidi 2 hari yang lalu, itu kosong hampir 4 hari," terangnya.
Agung mematok harga minyak kemasan sederhana 14 ribu per-liter, dan minyak premium di harga 15 ribu per-liter, atau masih di atas harga HET.
"Ya, kalau dikasih harga subsidi pun minyaknya jangan langka, susah yang bagi yang jelas," harap Agung.
Pedagang lain, Tutik Maryanti (36) merasakan hal yang sama. Karena kelangkaan Tutik mematok harga minyak kemasan premium di harga 15 ribu per-liter kendati sebelumnya ia berani mematok harga sesuai HET.
"Sempat kemarin dijual harga empat belas, tapi terus kosong, jadi saya belum berani jual harga empat belas ribu," terang Tutik.
Tutik mengaku sehari hanya mendapatkan 1 kardus minyak saja, sementara ia juga sempat kehabisan stok selama 4 hari.
"Stok-nya menipis, Mas, biasanya minta berapa aja di kasih, tapi sekarang dijatah satu karton," kata Tutik.
"Saya harap harganya bisa normal lagi supaya enak gitu lho, Mas,"harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Lurah Pasar Nusukan Giyarto mengatakan bahwa stok yang menipis membuat pedagang belum bisa menyesuaikan harga HET. Namun pihaknya memastikan bahwa kenaikan harga tak terlalu signifikan.
"Kalau matok sesuai HET belum, tapi setidaknya sudah cukup sedikit, Mas, naiknya, tapi gitu pun barangnya masih sedikit. Jadi kalau untuk distribusi minyak, ini kemarin minyak yang dari pabrik itu ditarik," kata Giyarto.
Hingga hari Selasa (8/2) minyak jenis curah merupakan yang paling susah dipastikan ketersediaan dan harganya di Pasar Nusukan, sementara minyak kemasan sederhana masih dapat dipastikan stoknya.
"Curah masih ada tapi tinggi. Yang banyak stok-nya yang kemasan sederhana, Mas," katanya.
Lebih lanjut terkait kelangkaan dan harga yang belum stabil, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sudah memantau Pasar Nusukan pada Senin (7/2) dan akan membahas temuan tersebut.
"Dari tim TPID kemarin kesini dan rapat di balai kota, mau ada operasi pasar atau apa kita belum tahu," tandasnya. (dks/ysn)
()