Hard News

Gus Nabil Haroen dan BPOM Upaya Kurangi Pewarna Tekstil di Makanan dengan Sosialiasi UMKM

Jateng & DIY

11 Maret 2022 13:57 WIB

Anggota Komisi IX DPR RI bersama BBPOM Jateng dan Loka POM Solo sosialisasi dan mengedukasi masyarakat utamanya UMKM terkait bahaya penggunaan bahan-bahan tidak aman konsumsi di Karangasem, Laweyan, Solo. (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com – Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Jateng, Loka POM Solo bersama anggota Komisi IX DPR RI Muchammad Nabil Haroen (Gus Nabil) mengadakan acara pendampingan UMKM untukk pemlihan obat aman di Balai Pertemuan Warga Karangasem, Laweyan, Solo pada Kamis (10/3).

Gus Nabil Haroen mengatakan, pendampingan ini dilakasanakan untuk mengedukasi masyarakat khususnya UMKM di Solo tentang bahaya penggunaan bahan-bahan tidak aman konsumsi, terlebih di momentum jelang Ramadan ini.



Dituturkan Gus Nabil Haroen, salah satu yang menjadi sorotan pada acara ini adalah penggunaan Rhodamin B atau pewarna tekstil yang sering digunakan pada makanan.

“Audien-nya rata-rata dari UMKM menjelang hari lebaran dan puasa ini kita memberikan edukasi kepada masyarakat jangan sampai menggunakan bahan-bahan yang berbahaya. Misalnya Rhodamin B, pewarna tekstil yang sering kali digunakan untuk makanan-makanan, kita ingin mengingatkan itu,” katanya kepada awak media di sela-sela acara, Kamis (10/3).

Menurut Gus Nabil Haroen, penggunaan bahan Rhodamin B yang banyak ditemukan itu lantaran pewarna ini memiliki harga yang terjangkau, serta memiliki tampilan yang menarik. Padahal pewarna ini memiliki efek jangka panjang yang berbahaya.

“Warnanya menarik lebih ngejreng, mungkin harganya lebih murah,mereka menggunakan  Rhodamin yang sangat-sangat berbahaya, yang dalam jangka panjang bisa membengkakan di hati, itu sangat berbahaya,” terangnya.

Untuk itu, pihaknya berupaya menggurangi bahan-bahan tersebut di masyarakat dengan beberapa pendekatan. Salah satunya pendekatan dialogis dengan sosialiasi dan edukasi tentang bahaya penggunaan bahan-bahan terlarang.

“Secara umum di Indonesia banyak sekali, tapi kita pendekatannya dialogis, tidak melakukan judging kepada masyarakat namun kita memberikan sosialisasi ini, loh, bahaya untuk Anda, ini lebih untuk melindungi konsumen juga,” pungkasnya. (dks)

(zend)