SOLO, solotrust.com – Kelangkaan minyak di Indonesia yang terjadi sejak pertengahan Januari 2022 lalu menjadi polemik besar bagi masyarakat Indonesia. Tercatat sebelum kelangkaan terjadi, Pemerintah RI gelontorkan dana sebesar Rp 7,6 triliun dalam kebijakan harga Rp 14 ribu per liter mulai 19 Januari hingga Juni 2022.
Pengamat ekonomi, sekaligus dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS) Lukman Hakim mengungkapkan kelangkaan minyak goreng salah satunya karena pemulihan ekonomi akibat kondisi pandemi yang kian membaik. Menurutnya, pada masa pandemi produsen menurunkan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan.
“Karena krisis dua tahun pasokannya dikurangi, suplainya dikurangi karena masyarakat kemudian juga mengurangi daya belinya, membuat tidak ada masalah, ketika sudah normal kemudian permintaan meningkat, sementara suplai belum ditingkatkan masih seperti kemarin sehingga barang barang yang sedikit sulit ditemukan dan mahal harganya,” bebernya.
Mengenai upaya pemerintah melakukan operasi pasar dalam mengatasi kelangkaan minyak, Lukman beranggapan hal tersebut cara yang standar agar pengusaha harga dan stok minyak goreng dapat kembali stabil.
“Memang ini cara-cara standar apabila di masyarakat ada kelangkaan barang kebutuhan, dulu beras juga begitu seperti beras bulog. Karena memang ada kelangkaan,” tukasnya. (riz/dela)
(zend)