SOLO, solotrust.com – Untuk kesekian kalinya, Solo Art Market (SAM) digelar setiap bulannya di pedestrian Ngarsopuro Solo, Keprabon, Banjarsari, Solo, hingga edisi #13 Sabtu (26/3) dan Minggu (27/3) kemarin.
Pada SAM #13 diikuti 46 artisan yang menawarkan karya-karya unik nan otentik di pasar seni tersebut. tidak hanya sekadar dipasang dan dijual, pengunjung juga bakal disuguhkan dengan atraksi pembuatan langsung karya artisan di tempat.
Kreasi pun beragam, salah satunya ecological print kreasi artisan SAM #13 asal Karanganyar, Denny Djoko Novianto, yang menggunakan bahan-bahan alami untuk setiap karyanya, baik untuk pewarnaan dan pembuatan motif.
Dalam pembuatannya Denny menggunakan ekstrak kulit kayu sebagai bahan pewarna kain. Sementara, untuk pembuatan motif, Denny menggunakan daun jati hingga terong, yang dicetak langsung di berbagai jenis kain dengan cara dipukul.
Denny yang tak pernah absen mengikuti SAM, ini, menuturkan, ide kreasinya bermula dari keinginannya untuk menciptakan karya-karya otentik yang ramah lingkungan. Denny kemudian mengkreasikan bahan-bahan alami untuk berbagai jenis pakaian seperti kemeja, tas, hingga topi dari berbagai jenis kain.
“Ide sebenarnya kami pembatik sebenarnya, kami punya ide bagaimana membatik lebih ramah lingkungan, akhirnya kami merilis batik-batik yang pakai pewarnaan alam, kemudian mulai eksplorasi bagaimana semuannya alami,” katanya kepada Solotrust.com.
Di SAM #13 kali ini, Denny yang menampilkan langsung pembuatan karyanya dengan cara memukul daun di atas kain cukup mencuri perhatian pengunjung. Salah satunya Mangkunegara (MN) X yang pada kesempatan itu mencoba membuat ecoprint di lapak Denny.
Melipir sedikit dari lapak Denny, artisan lain, Anastasya Ika juga menampilkan pertunjukan tak kalah apiknya. Pada SAM #13, Ika sapaannya, menampilkan kreasi tenun kartu. Nampak pula beberapa pengunjung mencoba belajar pembuatan tenun kartu di lapak Ika.
Diungkapkan Ika, tenun kartu yang ia pejalari sejak 2018 lalu, merupakan salah satu jenis tenun yang jarang ditemukan di Indonesia.
“Kalau kita di Indonesia hanya ada di satu daerah di Mamasa, Sulawesi Barat. Perbedaannya apa? itu kita membuat motifnya dengan kartu, jadi perputaran kartunya itu akan menentukan motifnya,” katanya Sabtu (26/3) lalu.
Sebagai seni yang tak mudah ditemukan, Ika berusaha mengenalkan kreasi tersebut di Kota Solo melalui SAM. Dituturkannya, selama setidaknya 5 kali mengikuti SAM, tenun kartunya tak jarang menarik pengunjung untuk belajar serius menekuni tenun kartu.
“Mereka sangat tertarik untuk mencobannya, lalu ada beberapa orang yang akhirnya pengin belajar secara serius, mereka sangat antusias,” katanya.
Denny dan Ika hanya dua dari total 46 artisan yang menyuguhkan kreasi-kreasi unik, serta dapat dicoba langsung oleh pengunjung proses pembuatannya. Menurut Koordinator SAM, Heru Mataya, atraksi Denny, Ika, artisan-artisan lain itu pula yang menjadi pembeda SAM dengan pasar seni lain.
“Dan yang membedakan dengan acara-acara yang lainnya di pameran, SAM ini dilaksanakan di ruang publik yang bersejarah di Ngarsopuro, dan para peserta harus melakukan workshop, mereka tidak hanya jualan tapi melakukan kerja-kerja kreatif di tempat ini,” ujarnya.
Namun, untuk Solotrusters yang melewatkan SAM #13, tak perlu resah. SAM lanjutan edisi #14 rencanannya bakal kembali digelar akhir April.
Diagendakan, SAM #14 nanti diadakan di sore hari menjelang waktu berbuka puasa. Ngarsopuro direncanakan bakal menjadi tempat helatan tersebut. (dks)
(zend)