Pend & Budaya

Bincang Budaya Slamet Rahardjo di Sala Hatedu #8

Pend & Budaya

2 April 2022 17:31 WIB

Slamet Rahardjo dalam sesi obrolan budaya gelaran Sala Hatedu #8

Solotrust.com - Gelaran Sala Hatedu #8 yang telah dilaksanakan dari 23 hingga 26 Maret 2022 lalu, salah satunya menghadirkan aktor serta budayawan kawakan, Slamet Rahardjo Djarot. Slamet Rahardjo dalam salah satu sesi obrolan budayanya menceritakan bagaimana awal mula dirinya mengenal beragam seni budaya seperti tari, padepokan teater hingga orang membatik sekira 1960-an.

"Jogja itu memang istimewa, suasana kehidupan kotanya itu membuat saya mengenal dasar seni budaya," kenang Slamet Rahardjo yang tidak menemukan hal tersebut kala di Jakarta.



Setelah masuk dan mulai bergaul dengan lingkungan penuh kesenian, salah satu aktor paling disegani di generasinya itu kemudian berpikir tentang pentingnya lingkungan yang menghubungkan dengan rasa serta pikirannya dan belum pernah didapatkannya.

Slamet Rahardjo pun memberikan komentarnya tentang Sala Hatedu yang sebenarnya lebih menekankan kepada srawung dan tegur sapa antarsesama seniman teater dari berbagai kota.

"Hatedu ini sebetulnya bukan pertunjukannya yang penting, tetapi srawungnya itu yang penting. Ketemu lalu ngopi bareng," ucapnya.

Slamet Rahardjo juga bisa memaklumi adanya pementasan terkadang masih banyak pembenahan, masih kurang berlatih, namun ada pula pementasan bagus selama penyelenggaraan. Kebudayaan Tanah Air yang mulai ditinggalkan dan secara perlahan menghilang serta banyak dicuri orang lain juga menjadi sorotan Slamet Rahardjo.

"Perlahan tapi pasti, kebudayaan punya kita nyaris tidak kita kenal," tandasnya ketika melihat banyak pementasan meninggalkan kebudayaan negeri sendiri.

"Hari ini saya menganggap bahwa Hatedu mengajak saya kembali untuk mencari makna di balik bayang," ungkap sutradara 73 tahun.

Slamet Rahardjo pun mengkritisi banyak aktor muda saat ini masih kurang greget dalam penampilannya di atas panggung sehingga terlihat kurang meyakinkan.

"Teater itu ialah dialog intelektual, dialog di mana kita mempertanyakan diri kita, apa, siapa, bagaimana, beranikah kita?" tanya dia.

Perjuangan dan persiapan Sala Hatedu penuh pengorbanan tak mudah mendapatkan sponsor pun turut disinggung Slamet Rahardjo sebagai peristiwa yang harusnya didukung bersama.

"Hatedu akan menghadirkan pemikiran-pemikiran baru, menghadirkan parikesit-parikesit baru dan tidak menjadi korban teknologi," kata dia.

Pria kelahiran Serang ini mempunyai pandangan dan pendapat sendiri tentang pementasan teater dan hakikat seorang seniman.

"Teater sebagai pembawa pesan dan pesannya adalah di mana seniman adalah manusia mulia yang mampu mengemas pemikiran pesan-pesan itu secara sempurna dan dibisikkan dengan merdu. Itulah seniman, itulah keimanan seniman," paparnya.

Menutup bincang budaya, Slamet Rahardjo pun memberikan sebuah pesan.

"Jangan korbankan kenyataan dengan sibuk pada kebenaran. Kebenaran itu selalu benar karena ada bukunya, kebenaran itu selalu benar karena ada gurunya, tapi kenyataan hanya kesucian dirimu yang bisa menjawabnya," ucap pemeran sekaligus penulis skenario ini yang juga berpesan kepada khalayak agar tidak lupa arah mata angin. (dd)

(and_)