REMBANG, solotrust.com - Ombak besar yang menerjang kawasan pesisir Rembang secara tidak langsung memukul perekonomian nelayan. Selain merusak sejumlah infrastruktur di pesisir pantai, para nelayan juga terpaksa menganggur hingga kondisi ombak mereda.
Seperti yang dialami Kusno, nelayan Desa Gegunung Kulon, Kecamatan Rembang. Dirinya mengaku sudah 5 hari tidak berangkat melaut akibat tingginya gelombang air laut.
Imbasnya, uang tabungan yang ia kumpulkan dari hasil melaut sebelumnya terpaksa digunakan untuk menyambung hidup. Tabungan tersebut memang selalu ia sediakan untuk berjaga-jaga jika kondisi laut sedang tidak bersahabat dengan nelayan.
"Kalau aktifitas kalau rob ya tidak kerja, berhenti semua. Untuk kebutuhan sehari-hari ya pakai uang yang dulu-dulu kan masih ada, pakai tabungan itu. Nanti kalau sudah reda, tidak ada rob dan gelombang kita kerja lagi. Libur kerja sudah sekitar 5 harian," terangnya.
Kusno mengaku, sekali melaut rata-rata dirinya bisa membawa pulang uang sebesar Rp500 ribu setiap harinya. Namun pendapatan tersebut belum terpotong untuk kebutuhan bahan bakar, bekal, dan upah anak buah kapal (ABK).
Saat ini kondisi gelombang air laut tergolong sudah cukup mereda. Dirinya memprediksi ke esokan harinya sudah bisa kembali mencari nafkah di laut.
"Besok juga sudah bisa bekerja (melaut). Perkiraan ombaknya sudah mereda, jadi bisa kembali bekerja," tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan nelayan Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang Sutiyono mengatakan, dampak ombak besar yang menerjang kawasan pesisir Rembang beberapa hari ini membuat dirinya tidak bisa berangkat melaut.
"Ya beberapa hari terpaksa tidak bisa melaut, cuacanya lagi tidak bersahabat. ya ini hidup pakai uang tabungan dulu, sampai menunggu cuaca kembali membaik baru bisa berangkat melaut lagi," pungkasnya. (mn)
(zend)