SOLO, solotrust.com - Gelaran multi-event olahraga difabel terbesar Asia Tenggara, ASEAN Para Games (APG) XI Solo 2022 resmi berakhir pada Sabtu (6/8) malam lalu. Indonesia kini menyerahkan obor estafet pagelaran untuk dinyalakan di Phnom Penh, Kamboja tahun depan.
Kendati telah berakhir, APG XI Solo menyisakan banyak cerita di balik euforianya. Termasuk, di balik panggung Opening dan Closing Ceremony (upacara pembukaan dan penutupan-red) yang berlangsung meriah pada 30 Juli dan 6 Agustus malam.
Indonesia berhasil memukau dengan menampilkan beragam kreasi yang ditunjukan berbagai seniman dan kreator lokal di atas panggung. Di balik itu semua, tangan dan kepala panitia berjibaku menyiapkan suguhan spesial.
Menariknya, mereka hanya diberi waktu selama dua minggu lamanya untuk acara pembukaan dan lima hari persiapan. Tim mesti bekerja tanpa ikatan waktu.
Mengingat Indonesia juga tak memiliki waktu panjang saat ditunjuk mengantikan Vietnam sebagai penyelenggara event di awal tahun ini.
Project Director Opening Closing Ceremony APG XI Solo 2022, Debora Sharen mengungkapkan, tak mudah menyiapkan itu semua. Segala planning (persiapan-red) dan eksekusi mesti bersinggungan dengan banyak hal tak terprediksi.
"Semua event itu pasti ada perbedaan planing (perencanaan-red), hal yang paling harus kita khawatirkan itu ialah hal-hal yang baru terjadi tanpa kita prediksi," kata Debby usai Closing Ceremony di Stadion Manahan Solo saat ditemui Solotrust.com, Minggu (7/8).
"Itu yang akan membuat benar-benar wow, setiap harinya kita punya jam tidur hanya sejam, dua jam. Jadi dua minggu itu benar-benar berbicara dua minggu," tambahnya.
Timnya juga mesti menyatukan visi dari banyak tangan dan kepala. Hal itu diakuinya bukan hal yang mudah diatasi. Ia dan timnya mesti jeli mentransformasikan ide.
"Bagaimana kita membuat apa yang ada di pikiran kita sampai ke orang-orang walaupun dia ada di bawah, setara, atau bersinggungan dengan kita," ujarnya.
Debby, sapaan akrabnya, mengungkapkan, cara kerja pararel menjadi kunci keberhasilan event APG XI Solo 2022. Salah satu strategi mengatasi masalah itu, ia memastikan timnya merupakan orang terpilih. Artinya, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci.
"Cara utamanya pararel tim itu harus ada, kreatif harus sendiri, show harus sendiri, flow ada sendiri, production ada sendiri. Mungkin strategi utama tidak banyak orang, sedikit orang namun mereka menjadi pioner-pioner yang kuat," tuturnya.
Together We Win, menjadi tajuk pagelaran tersebut. Kunci keberhasilan lain, sebutnya, ialah komitmen berbagai pihak termasuk Indoenesia ASEAN Para Games Organizing Committe (Inaspoc), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, dan pihak lain.
"Semuanya berjibaku bagaimana masalah yang ada teratasi. Mereka komitmen yang tinggi event ini tuh jadi," ucapnya.
Pembuktian insan industri
Bagi Debby, kesuksesan Bandung Bondowoso APG XI Solo 2022 menjadi pembuktian insan industri kreatif Tanah Air. Menurutnya, industri ini menjadi sektor yang mesti dipertajam kekuatannya.
"Bagi saya event ini pembuktian, kalau ternyata industri event itu bukan industri yang main-main, industri event itu justru harus diperkuat," katanya.
Dalam banyak hal, ia menilai, insan industri kreatif event menjadi salah satu penggerak utama, termasuk dalam hal olahraga. Kompetensi SDM menjadi hal yang mesti terus ditingkatkan.
"Event selalu berbicara tentang kompetensi SDM yang ada. Ini adalah pembuktian SDM di Indonesia mampu, dengan waktu yang singkat," tuturnya.
Demikian, ia tak mau gegabah atas pencapaian membanggakan ini. Tidak pernah puas menjadi motto yang mesti dipegang teguh untuk meningkatkan kualitas event ke depan.
"Kalau saya sendiri yang harus menilai, saya memberi nilai 70. Kalaupun itu dihargai lebih oleh masyarakat, terima kasih. Tetapi ini pelajaran untuk teman-teman event, jangan pernah puas, karena kita ke depan kita bertemu tantangan lain," tutur Debby.
"Ke depannya mau event sebesar apapun Indonesia mampu. So we did it, together we win," pungkasnya. (dks)
()