Pend & Budaya

Hebat! Tim Startup Mahasiswa UMY Ciptakan Pesawat Tanpa Awak

Pend & Budaya

14 Agustus 2022 09:50 WIB

Tim startup mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Aero Fun Research Tech, berhasil menciptakan sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak dengan kualitas yang sepadan dengan buatan luar negeri. (Foto: Dok. UMY)

Solotrust.com - Tim startup mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Aero Fun Research Tech, berhasil menciptakan sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak dengan kualitas yang sepadan dengan buatan luar negeri.

Pesawat UAV ini dibuat oleh tim yang terdiri dari Fallah Alfrido Firmansyah (Teknik Mesin, 2019), Syaif Ambiya (Teknik Mesin, 2019), Mentari (Farmasi, 2019), Siti Halimatussa’diyah (Farmasi, 2019), dan Putri Hanifah Anggraeni (Manajemen, 2020).



Belum lama ini, tim ini mendapatkan pendanaan Program Inovasi Wirausaha Digital Mahasiswa (IWDM) 2022.

Program tersebut merupakan program unggulan untuk mengasah kreativitas dan inovasi mahasiswa yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Republik Indonesia.

Fallah selaku ketua tim mengungkapkan bahwa produksi UAV di Indonesia belum dilakukan secara masif.

"Produk UAV di Indonesia sendiri rata-rata datang dari luar negeri, belum ada perusahaan atau developer local yang memproduksi ini secara masif, sedangkan SDM di Indonesia ini sangat mendukung dan siap," ujarnya, seperti dikabarkan UMY dalam laman resminya baru-baru ini.

"Melihat dari hal tersebut, kami berinisiatif membuat UAV yang kualitasnya sama dengan luar negeri, ini loh buatan orang Indonesia yang nggak kalah dengan orang luar," lanjutnya.

Fallah mengklaim, UAV buatan timnya ini tak hanya bisa digunakan untuk satu sektor, melainkan bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh banyak sektor/bidang.

"Pesawat ini tak hanya bisa dimanfaatkan untuk satu sektor saja, misalnya dalam sektor kesehatan. Pesawat ini bisa digunakan untuk mengirim obat-obatan ke lokasi tertentu yang tidak bisa dijangkau menggunakan kendaraan darat," kata Fallah.

"Pesawat ini juga bisa digunakan untuk memantau evakuasi korban bencana atau memonitori para korban bencana untuk lokasi tertentu juga," lanjut Fallah.

Pesawat ini memakan waktu 35 sampai 40 hari dalam proses pembuatannya.

Pesawat ini memiliki keunggulan tersendiri dari pesawat UAV lainnya. Fallah mengungkapkan jika pesawat buatan timnya ini memiliki harga murah tetapi berkualitas tinggi, dan sebanding dengan UAV buatan luar negeri. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan spesifikasi pesawat tersebut.

"Berat pesawat ini adalah 4,7 kg dengan kemampuan mengangkat beban hingga 500-800 gram, panjangya 2 meter dan mampu terbang di ketinggian 350 meter dengan durasi satu jam. Lalu endurance jelajahnya 28 kilometer ditempuh dengan waktu 28 menit," jelasnya.

Dalam mengendalikan pesawat UAV, Fallah mengatakan mereka tetap memperhatikan regulasi yang dibuat oleh Aircraft Indonesia.

"Kami juga menggunakan material karbon keplar, ini merupakan material yang istimewa karena lebih ringan tetapi lebih kuat dari baja juga anti api dan umumnya material ini digunakan oleh perusahaan besar pembuat UAV," jelasnya.

Kompetisi IWDM ini diikuti oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Kemendibud Ristek kemudian menyaring peserta menjadi 49 perguruan tinggi di Indonesia dan UMY termasuk salah satunya.

Fallah juga berencana menggandeng instansi-instansi di Indonesia yang membutuhkan unit pesawat UAV.

"Ke depannya sasaran kami adalah instansi-instansi yang ada di Indonesia, kami akan menggandeng instansi yang membutuhkan unit UAV. Ini loh ada produk lokal jadi tidak perlu jauh-jauh pesan ke luar negeri. Dan saat ini kami juga sudah dilirik oleh salah satu instansi di Semarang, mereka memesan 1 unit pesawat UAV buatan kami," tutur Fallah.

Ia juga berharap ke depannya startup ini bisa menjadi startup yang mempelopori pengembangan pesawat UAV di dalam negeri. (Lin)

(zend)