SOLO, solotrust.com - Ganjarist Jawa Tengah menggelar Pesta Rakyat bertajuk "Parade Budaya, UMKM dan Silaturahmi" di gedung Graha Saba Buana, Surakarta, Minggu (21/8) kemarin.
Acara ini untuk menjadi sarana silaturahmi dari para Satuan Relawan (Satrel) se-Jawa Tengah. Tak tanggung-tanggung, event akbar ini menggandeng lebih kurang 30 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal ini sebagai salah satu ajang nyata guna menggerakkan perekonomian rakyat dan mendorong tumbuh kembangnya.
Ketua Panitia Pesta Rakyat Jateng, Yasir Jemoko menjelaskan parade ini juga dimaksudkan sebagai bentuk pengembangan relawan.
"Pesta Rakyat ini menjadi nilai plus dan kekuatan untuk Satuan Relawan (Satrel) se Jawa Tengah untuk dapat mengembangkan Satrelnya. Ini menjadi pembuktian bila Ganjarist merupakan organisasi relawan yang mandiri, kreatif dan optimis," jelasnya.
Selain itu, semarak event tersebut juga datang dari sisi keseniannya. Berbagai pertunjukan pagelaran tari Gedruk dari Satrel Klaten, tari Topeng dari Satrel Boyolali, musik Campursari dari Satrel GSM, serta musik pentatonic kulintang yang menampilkan gambang Semarang dan berbagai lagu-lagu daerah.
Ketua Umum Ganjarist Indonesia, Eko Kuntadhi menyampaikan target dari penyelenggaraan event ini tak lain sebagai bentuk pengenalan. Selain itu, dirinya juga menjelaskan bahwa konsep yang di usung berfokus pada upaya pendekatan masyarakat.
"Targetnya memperkenalkan, menambah informasi tentang Pak Ganjar, karena sebagian di Jateng sebagian besar masyarakat sudah tau. Acara ini juga diinformasikan ke semua masyarakat, juga melalui media sosial," ungkapnya.
"Konsep diacara Ganjarist ini benar-benar membangun konsep dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kita benar-benar menunjukkan kekuatan gotong royong, kebersamaan rakyat. Semua cair tidak ada perbedaan," lanjutnya.
Parade Pesta Rakyat ini tidak hanya dilangsungkan di Jawa Tengah. Sebelumnya di Toraja, Jakarta, Jogja, Aceh dan beberapa kota di seluruh Indonesia. Di mana untuk konsep yang diusung pun disesuaikan dengan culture di sana.
Eko berharap bahwa dengan adanya event ini mampu meminimalisir perbedaan, sehingga masyarakat dapat berinteraksi dengan suasana gembira.
"Harapannya kita ingin menyatakan bahwa Indonesia milik semua golongan, semua agama, suku, dan semua bangsa. Oleh karena itu, kita menyatakan bahwa di sini orang tidak ada bedanya, kelas sosial ekonomi tidak bisa membedakan sehingga kita busa berbaur menjadi satu berinteraksi dengan masyarakat agar suasana gembira," tuturnya. (tiv/rka)
(zend)