Hard News

Isu Kenaikan BBM, Antrean SPBU di Pedaringan Solo Mengular sampai Jalan

Jateng & DIY

1 September 2022 08:52 WIB

Antrean panjang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pedaringan, Jalan Ki Hajar Dewantara, Jebres, Solo. Rabu (31/8) malam. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dikabarkan akan diterapkan pemerintah pada Kamis (1/9) membuat sejumlah masyarakat berbondong-bondong menyerbu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Antrean panjang itu terjadi salah satunya di SPBU Pedaringan Jalan Ki Hajar Dewantara, Jebres, Solo, Rabu (31/8) malam.

Dari pantauan Solotrust.com hingga pukul 20.30 WIB, antrean kendaraan nampak mengular hingga ke ruas Jalan Ki Hajar Dewantara. Menurut informasi yang dihimpun, antrean panjang itu terjadi sejak petang hari.



Salah satu konsumen yang mengantre, Rizki Yono (34) seorang driver ojek online (ojol) mengeluhkan isu kenaikan harga BBM. Terlebih, pekerjaannya sebagai driver memerlukan mobilitas tinggi. Rizki mengungkapkan, biasanya dalam sehari ia mengeluarkan uang Rp35 ribu untuk mengisi bahan bakar jenis Pertalite di harga Rp7.650.

Ia mengaku bakal mengisi full kendaraannya pada kesempatan tersebut.

"Ini paling ngisi full, kalau naik mau enggak mau gimana lagi, namanya bensin pasti kebutuhan. Biasanya habis Rp35 ribu untuk narik, ngisi full," ujarnya, Kamis (31/8) malam.

Selain itu, Rizki juga mengeluhkan tarif ojol yang belum naik di saat isu kenaikan BBM menyeruak. Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunda kenaikan tarif ojol lewat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 564 Tahun 2022 Tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat pada 29 Agustus lalu.

"Bensin naik harusnya dari aplikatornya naikin tarif," katanya.

Sementara itu, disinggung soal aplikasi MyPertamina yang bakal digunakan untuk distribusi BBM tepat sasaran, Rizki menuturkan masih kesulitan menggunakan aplikasi tersebut.

"Saya pernah nyoba, tetapi enggak bisa login, pas login mental terus. Pas awal-awal ada intruksi suruh makai," ujarnya.

Ia mengaku pasrah dengan kenaikan itu. Namun, ia meminta pihak-pihak terkait segera menyesuaikan harga imbas isu kenaikan BBM.

"Ya, mau gimana lagi namanya naik sudah peraturan pemerintah, subsidinya sudah mulai distabilin, disesuaikan lah, ya kalau menurut saya naik enggak masalah cuma dari pihak-pihak kayak dari aplikator menyesuaikan juga," ungkapnya.

Keresahan yang sama dirasakan seorang mahasiswi, Adinda (19) yang turut mengantre malam itu. Ia mengaku resah mendengar isu kenaikan BBM lewat pemberitaan media massa.

"Sudah dengar-dengar ada kenaikan dari berita, tapi kurang tahu juga mau berapa," katanya.

Di saat isu menyeruak, ia berharap tak terjadi kenaikan signifikan. Terlebih, ia bisa menghasikan Rp10 ribu untuk kebutuhan normal sehari-hari.

"Kalau bisa jangan terlalu mahal naiknya karena kan kebutuhan sehari-hari juga, biasanya pakai Pertalite sehari pengeluaran Rp 20 ribu kalau bepergian jauh kalau enggak bisa sampai 2 hari," katanya.

Terkait aplikasi MyPertamina, Adinda mengaku belum menggunakan aplikasi tersebut. Namun, ia menuturkan bakal menggunakan aplikasi itu jika diwajibkan pemerintah.

"Aplikasi My Pertamina belum pernah nyoba belum tahu diwajibkan atau enggak tapi misal harus buat ya nggak masalah," terangnya. (dks)

(zend)