REMBANG, solotrust.com - Batik tulis Lasem bakal menjadi cendera mata atau suvernir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Kain batik tulis khas Lasem yang khusus dipesan itu nantinya berupa syal atau selendang.
Salah satu perajin batik tulis Lasem, Santoso Hartono mengatakan, pihaknya mengaku sangat terhormat dan bangga bisa menjadi salah satu UMKM yang menyediakan suvernir bagi para delegasi G20.
Pihaknya mendapat pesanan 100 helai kain batik Lasem untuk kegiatan Presidensi G20. Namun, hingga sejauh ini pihaknya baru mengirimkan 60 helai kain batik.
"Asal mulanya itu kerja sama dengan Program Studi Desain Mode Universitas Kristen Maranatha dan APR (Asia Pacific Rayon) dalam kegiatan riset yang diadakan Mitras DUDI Kemendikbud RI. Membuat batik untuk syal, untuk cendera mata menteri-menteri yang datang di G20," kata Santosa Hartono kepada wartawan, Jumat (23/9).
"Sementara pesanan baru 100 buah. saat ini sudah dua kali pengiriman. Tiga puluh, tiga puluh," terangnya.
Santosa menjelaskan, proses pembuatan satu helai kain batik tulis Lasem membutuhkan waktu selama lebih dari sepekan. Mulai dari proses awal menggambar pola, hingga proses pewarnaan.
"Satu kain bisa sampai satu minggu proses pembatikannya. Dari gambar pola dan ditambah sekitar lima hari untuk pewarnaan. Yang lama pewarnaannya, karena pakai bahan alami. Jadi harus berulang untuk mendapatkan warna yang maksimal," ujarnya.
Santoso menerangkan, motif dari kain batik tulis Lasem yang akan digunakan sebagai cendera mata di perhelatan G20, sudah ditentukan yakni mengadopsi motif batik khas Lasem seperti motif latohan dan kricak.
Sedangkan untuk metode pewarnaannya masih menggunakan teknik tradisional dan memakai bahan pewarna alami, sehingga ramah lingkungan.
"Untuk motif sudah ditentukan, motifnya ada kricak, latohan. Pakainya warna alam. Dari bahan-bahan alami, dari daun kayu-kayuan. Jadi ramah lingkungan," jelasnya
Menurut Santosa, penggunaan warna dari bahan-bahan alami memiliki beberapa kelebihan. Misalnya seperti warna yang dihasilkan pada kain lebih terkesan kalem. Selain itu proses pembatikannya dinilai tidak mencemari lingkungan.
"Keunggulannya pakai pewarna alami itu warnanya bisa lebih soft dan tentunya tidak mencemari lingkungan," tuturnya.
Santosa menambahkan, pihaknya berharap dengan terpilihnya kain batik tulis Lasem di perhelatan Internasional Presidensi G20 mendatang bisa membawa nama batik tulis Lasem semakin mendunia.
"Semoga saja dengan terpilihnya ini bisa, mengangkat nama batik tulis Lasem semakin mendunia, dan mengenalkan kota pusaka Lasem," pungkasnya. (mn)
(zend)