SOLO, solotrust.com -Berita bohong atau hoaks dan ujaran kebencian yang marak di media sosial telah menjadi ancaman nasional. Oleh karena itu, semua pihak perlu bekerja sama untuk melawannya, terutama ketika memasuki tahun politik.
Hal itulah yang menjadi salah satu catatan penting dalam seminar bertajuk "Hoax dan Diseminasi Informasi di Tahun Politik" yang diadakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta (FISIP UNS), Sabtu (25/03/2018).
Dalam kesempatan itu, hadir membagikan pengalaman dan pandangan Deputi IV Kantor Staf Presiden Eko Sulistyo, Kaprodi Ilmu Komunikasi UNS Sri Hastjarjo, dan Ketua Umum Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Septiaji Eko Nugroho. Moderator dalam acara ini adalah wartawan senior Solo sekaligus Ketua PWI Surakarta, Anas Syahirul.
Pada kesempatan ini, Septiaji menceritakan berbagai upaya yang telah dilakukan komunitasnya dalam memerangi hoaks. Salah satu caranya dengan membuat aplikasi bernama Hoax Buster Tools.
Aplikasi ini pada dasarnya mirip dengan mesin pencarian seperti Google. Lewat aplikasi ini, pengguna bisa mencari informasi dari sumber bisa dipercaya. Kata dia, semua informasi yang ditampilkan berasal dari media-media resmi yang sudah diakui Dewan Pers.
Lebih menarik lagi, Hoax Buster Tools juga menyediakan wadah untuk melaporkan penyebaran hoaks sehingga pengguna bisa berpartisipasi aktif memerangi hoaks. Dan di tahun politik ini, lanjut Septiaji, MAFINDO beserta Bawaslu merancang program Siskamling Digital yang bertujuan untuk mengawasi penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di dunia maya.
Sementara menurut Dosen UNS Sri Hastjarjo, salah satu upaya melawan hoaks adalah memperkuat media literasi. "Saya bersama Asosiasi Ilmu Komunikasi itu punya mimpi kalau media literasi itu seharusnya diajarkan sejak pendidikan dasar. Kalau mahasiswa itu sudah telat," kata dia.
Sri Hastjarjo lantas memisalkan dengan menyisipkan bagaimana cara memanfaatkan teknologi yang baik dalam pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK). "Kita punya teknologi canggih tapi tidak punya kesiapan mental. Jadi penjual gadget itu seharusnya tidak hanya menjelaskan how to use saja, tapi how to use properly. Tidak sekadar menjelaskan cara memencet tombol on off saja, semua orang juga bisa," ujarnya.
Sebelum mengakhiri seminar, Deputi IV Kantor Staf Presiden Eko Sulistyo menyampaikan upaya pemerintah dalam melawan hoaks. "Pemerintah telah melakukan komunikasi dengan para petinggi Facebook. Mereka telah berjanji untuk bertanggung jawab mengatasi masalah (hoaks) tersebut," terangnya.
Selain itu, diperlukannya gerakan semacam MAFINDO yang membantu meningkatkan kesadaran literasi di era digital. Semakin banyak referensi yang dibaca, maka masyarakat tidak akan gampang terhasut dengan berita bohong ataupun ujaran kebencian.
Indonesia, kata Eko, tidak dapat menerapkan aturan ekstrem seperti di Jerman atau China. "Kalau kita memilih pendekatan China lewat censorship, nanti kita dikira mengingkari 20 tahun reformasi," terangnya. (mia)
(way)