Pend & Budaya

UMS Lepas 419 Mahasiswa Ilmu Kesehatan KKN ke Boyolali

Pend & Budaya

26 Maret 2018 11:50 WIB

Rektor UMS Sofyan Anif melepas 419 mahasiswa KKN di halaman Gedung Siti Walidah, Senin (26/03/2018). (solotrust-mia)

SOLO, solotrust.com - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melepas sebanyak 419 mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pelepasan peserta KKN tersebut dilakukan oleh Rektor UMS, Sofyan Anif di halaman Gedung Siti Walidah, Senin (26/03/2018).

Di hadapan peserta KKN, Sofyan menjelaskan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tidak melulu menentukan kesuksesan seseorang. Untuk mendapatkan sebuah profesi juga diperlukan soft skill atau lebih dikenal dengan keterampilan sosial, berinteraksi, berkomunikasi hingga kecerdasan emosional.



"Orang kalau tidak punya pengalaman atau life skill communication, tentu mereka akan sulit berinteraksi dan beraktivitas dalam mengembangkan profesinya ke depan," kata Sofyan.

Sofyan melanjutkan, keterampilan soft skill itu hanya dapat diperoleh lewat kegiatan KKN. Di sana, mahasiswa diharapkan mampu belajar mengidentifasi masalah, menemukan solusi yang tepat, hingga membuat program yang bermafaat untuk masyarakat.

Sofyan berpesan agar mahasiswa dapat memanfaatkan waktu KKN sebaik mungkin. Sebab, pelaksanaan KKN ini hanya berlangsung selama dua pekan.

Ratusan peserta KKN ini terbagi terdiri dari empat program studi, yakni Keperawatan, Fisioterapi, Gizi, dan Kesehatan Masyarakat. Mereka akan ditempatkan di tujuh kecamatan di Boyolali.

"Nanti dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) atau kecamatan, akan didistribusikan ke masing-masing desa," ujar Sofyan saat ditemui wartawan.

Sofyan menjelaskan, kegiatan ini tidak sekadar bertujuan untuk mengimplementasikan keilmuan, tetapi juga sarana untuk menginternalisasikan nilai-nilai AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan). Sebelumnya, mereka telah dibekali mata kuliah AIK selama tiga semester.

"Mulai tahun sekarang ini, saya minta semua dekan agar lebih inovatif dalam menyusun kurikulumnya. Dan Dekan FIK memilih life skill sebagai sarana untuk menginternalisasikan AIK melalui KKN," jelasnya.

Sofyan menyadari, dua pekan memang waktu yang cukup singkat untuk melaksanakan KKN. "Sebetulnya tidak cukup, idealnya memang dua bulan. Satu Minggu untuk mengidentifikasi masalah, satu Minggu berikut untuk membuat program kerja sebagai solusi permasalahan itu. Tapi karena ini pertama kalinya KKN yang menjadi ajang internalisasi nilai AIK ke dalam mata kuliah life skills. Nanti saya minta Bu Dekan untuk menjustifikasi lagi, minimal satu bulan lah ke depannya," tandasnya. (mia)

(way)