Pend & Budaya

Mengapa Toga Selalu Dipakai Saat Wisuda? Ini Sejarahnya

Pend & Budaya

6 April 2018 14:48 WIB

(Ilustrasi)

SOLO, solotrust.com - Momen kelulusan menjadi yang paling ditunggu-tunggu oleh kebanyakan mahasiswa. Setelah disibukan dengan pengerjaan skripsi, bisa lulus dan merasakan wisuda merupakan hal yang sangat membanggakan.

Mahasiswa pun mulai sibuk mempersiapkan acara wisuda tersebut sebaik mungkin. Mulai dari menyelesaikan urusan administrasi hingga berburu kostum, termasuk toga dan topi.



Untuk toga dan topi, masing-masing kampus memiliki model yang berbeda-beda. Ada yang berwarna hitam polos, ada yang berwarna merah, ada pula yang memberikan tambahan warna kuning pada bagian bahu.

Apapun warna dan model, toga dan topi wajib dikenakan para wisudawan saat upacara kelulusan. Kedua hal itu seperti sudah dianggap sebagai simbol lulus menempuh pendidikan.

Mengapa bisa begitu? Sejak kapan upacara wisuda mengharuskan mengenakan gaun toga dan topi?

Jawabannya dapat dirunut dari tradisi awal Eropa pada abad ke-12, ketika universitas pertama didirikan. Saat itu, toga disebut dengan gown (gaun). Menurut Universitas Columbia, yang dikutip dari Washington Post (10/5/2017), gaun dan tudung kerap dikenakan oleh pendeta dan muridnya. Alasannya yaitu untuk memberikan kehangatan dalam bangunan yang tidak memiliki alat pemanas.

Selain itu, gaun dan tudung (sering berwarna cokelat atau hitam) guna menunjukkan status religius siswa, sehingga membedakan mereka dari orang awam.

Sebuah catatan sejarah dari Universitas Colorado menambahkan bahwa tudung awalnya berfungsi untuk menutupi kepala para pendeta agar tetap hangat. Namun seiring berjalannya waktu, gaun dan tudung tersebut beralih fungsi.

Pada zaman Henry VII di Inggris, Universitas Oxford dan Cambridge menggunakan gaun dan tudung sebagai pakaian akademis. Tradisi tersebut kemudian diikuti oleh bangsa Amerika, berdasarkan paper tentang pakaian akademik di Universitas Amerika karya David T Boven.

"Para pemimpin universitas mengadopsi sistem standar pakaian akademis untuk memberikan kesetaraan lahiriah di antara sekolah-sekolah," tulis Boven.

Kini, seragam itu selalu dikaitkan dengan kelulusan. Selain gaun, ditambahkan pula topi berbentuk bujur sangkar yang disebut mortarboard. Sementara, tali pada mortarboard disebut juga dengan tassel.

Tassel merupakan simbol kesuksesan. Beberapa orang beranggapan tali topi toga dipindahkan dari kiri ke kanan saat diwisuda sebagai simbol penyeberangan dari satu tahap ke tahap lain dalam hidup.

Secara umum, tampilan regalia akademik tampak tak lekang oleh waktu dalam beberapa abad terakhir. Tradisi topi dan jubah ini telah hidup dan berevolusi selama berabad-abad dan akan selalu menjadi bagian penting dari pengalaman akademis seseorang. (mia)

(way)