Pend & Budaya

Nguri-uri Budaya, Desa Sogaten di Madiun Masih Setia Adakan Kegiatan Bersih Desa

Pend & Budaya

5 Agustus 2024 07:09 WIB

Warga Desa Sogaten, Madiun masih setia mempertahankan tradisi tahunan dalam kegiatan bersih desa, Jumat (02/08/2024). (Foto: Dok. solotrust.com/Rosa Indria)

MADIUN, solotrust.com - Masyarakat Kota Madiun, salah satunya warga Desa Sogaten masih setia mempertahankan tradisi tahunan dalam kegiatan bersih desa. 
 
Sekadar informasi, bersih desa adalah acara budaya orang Jawa dalam memperingati rasa syukur dengan mengadakan kenduri atau doa bersama. Di Desa Sogaten, selain mengadakan kenduri, bersih desa juga diikuti hiburan gambyong, orek-orek, serta diiringi musik gamelan lengkap.
 
Kegiatan ini merupakan acara wajib. Ketua panitia pelaksana bersih desa, Hariyono, mengatakan kegiatan ini rutin dilaksanakan saat Bulan Suro dalam penanggalan Jawa.
 
"Kegiatan ini dilakukan di Bulan Suro, tepatnya Jumat Legi. Jadi malam Kamis ada tradisi lek-lekan atau bergadang lalu Jumat baru bersih desa, jam satu siang sampai sore. Di Sogaten ada dua tempat, yaitu Desa Padas, tepatnya di Punden Nyi Ageng Mijil Sulastri," kata Hariyono. 
 
"Satu lagi di Balekambang, makam Reksogati, Sogaten. Jadi satu tahun sekali pasti ada. Kemarin saat pandemi Covid-19 tetap dilaksanakan, tapi nggak besar. Selamatan saja, gak pakai gambyong," tambahnya, Jumat (02/08/2024).
 
Tujuan utama kegiatan bersih desa ini adalah untuk menjaga kelestarian budaya. Penting bagi orang Jawa dalam melanjutkan adat istiadat nenek moyang dengan mengenalkan pada generasi selanjutnya.
 
"Jangan sampai kita sebagai orang Jawa asli melupakan adat dan budaya nenek moyang. Di kegiatan ini kan selain kenduri, ada gambyong, orek-orek khas Madiun, dan lain-lain. Anak-anak biar tahu kebudayaannya," ujar Hariyono. 
 
"Terkadang orang lain ya mengatakan kegiatan seperti bersih desa ini di mana kita berdoa di makam itu dikatakan musyrik lah, sirik lah. Saya rasa tidak. Biarin lah, niat kita kan tetap berdoa pada Gusti Allah. Hal seperti ini saya anggap sebagai kegiatan rasa syukur atas diberinya nikmat oleh Allah," lanjut dia.
 
Kegiatan bersih desa juga berfungsi sebagai ajang silaturahmi antarwarga. Salah satu tokoh masyarakat, sekaligus mantan wali kota Madiun periode 2019, Maidi mengaku senang masih terdapat kegiatan kebudayaan seperti bersih desa ini.
 
"Saya senang sekali warga di sini ikut memeriahkan acara bersih Desa Sogaten. Mulai anak kecil sampai orang sepuh pun masih antusias," bilang Hariyono.  
 
"Terkadang banyak di luar sana bilang kegiatan seperti ini tidak perlu, namun bagi saya kegiatan ini berdampak sekali pada ikatan silaturahmi," sambungnya.
 
Selama acara, warga membawa makanan atau berkat yang disebut ubo rampe atau berkat encek. Perlu diketahui, encek adalah wadah anyaman bambu dan daun untuk menyimpan makanan. 
 
Berkat encek ini berisi berbagai makanan, seperti pisang satu sisir, rengginan, tawonan (kembang goyang umumnya), wajik, jadah, nasi, dan lauk pauk. Berkat encek dikumpulkan lalu didoakan, dan selanjutnya dibagikan kembali ke masyarakat. 
 
Setiap jenis makanan yang ada di berkat encek memiliki makna simbolis, seperti jadah dan wajik dengan tekstur lengket sebagai simbol harapan manusia senantiasa rukun dan langgeng. Intinya, berkat encek mencerminkan semua makanan adalah berkah Tuhan yang harus dibagikan kepada sesama. 
 
Dengan demikian, tradisi bersih desa di Sogaten bukan hanya sebagai acara budaya, namun juga upaya memperkuat hubungan sosial dan rasa syukur di antara warga. 
 
Kegiatan bersih desa di Kota Madiun, khususnya di Desa Sogaten terus menjadi simbol penting dalam pelestarian budaya dan penguatan silaturahmi antarwarga. Melalui tradisi ini, masyarakat setempat tetap mempertahankan warisan budaya dan mempererat hubungan sosial dalam komunitas mereka. (Rosa Indria)

(and_)