SOLO, solotrust.com - Alunan musik sayup-sayup terdengar dari arah warung kecil di Jalan Diponegoro No.3, seberang jalan restoran cepat saji Slamet Riyadi. Ketika berhenti di depan warung itu, terdapat spanduk merah cukup besar bertuliskan Sate Padang Pasar Pon Daging Sapi dan Daging Ayam, terpasang di bawah plang besi yang sudah mulai luntur tulisannya.
Mungkin sebagian orang akan berpikir itu adalah warung sate padang biasa. Namun, pemikiran itu bisa saja berubah jika sudah mulai masuk ke dalamnya. Pemandangan lain akan terlihat jika sudah mulai menginjakkan langkah pertama di lantai warung.
Meja-meja panjang disertai kursi ditata dengan begitu rapi, meski tak ada orang menempati. Puluhan poster band-band lawas terlihat memenuhi dinding warung. Tak lupa pula rak-rak yang diisi penuh dengan kaset-kaset pita, VCD, DVD, dan CD.
Bukan, tempat itu bukanlah warung sate padang seperti yang dilihat dari depan saja, melainkan sebuah toko kaset yang sudah berdiri sejak 1970-an. Cukup lama memang, namun masih kokoh berdiri di tengah gempuran CD digital.
Kurnia Illahi adalah nama toko kaset yang kini telah berganti pemilik hingga ke generasi ketiga, yakni Rizky Ilahi. Dia sudah mulai memegang usaha turun-temurun itu sejak lulus kuliah pada 2022. Dulunya, toko kaset ini dikelola kakeknya mulai dari 1970-an dan sempat pula dikelola oleh sang ayah.
“Kalau toko kasetnya sudah sejak 1970-an (berdirinya). Tahun 1970-an. Udah lama kalau kasetnya,” kata Rizky Ilahi.
“Kalau dulu, di sini kakek (yang berjualan). Ayah saya yang di Ngarsopuro. Jadi 2010 pindah sini,” sambungnya.
Kaset yang tersedia begitu beragam, mulai dari 1990’an. Lagu ber-genre pop, dangdut, rohani hingga Barat pun masih terpajang rapi di setiap rak yang sudah ada tulisannya.
Rizky Ilahi mengatakan alasannya tetap mempertahankan toko kaset ini karena masih banyak stok tersisa. Ya, mau tak mau, dia harus menghabiskan semua stok kasetnya terlebih dahulu sebelum fokus pada berjualan sate padang.
“Alasannya cuma ngabisin stok aja sih. Masalahnya kan waktu pandemi Covid-19 banyak pabrik tutup. Mau dikembaliin barangnya kan nggak bisa, cuma bisa sebagian. Ya mau nggak mau harus habisin (stok),” ucap Rizky Ilahi.
Dia mengaku tak jarang ada beberapa kolektor dari berbagai kota mampir ke warungnya untuk menanyakan beberapa judul kaset. Kendati demikian, Rizky Ilahi merasa penjualan kasetnya kian menurun dari tahun ke tahun.
Tak jarang pula ada hari di mana tak ada pembeli yang mampir ke toko kasetnya untuk membeli jualannya. Menurut Rizky Ilahi, faktor utamanya adalah perkembangan zaman yang sudah mengubah kaset menjadi musik digital.
“Kayak kolektor itu pada masih nyari, tapi kayak udah nggak kayak dulu jualannya. Kan masalahnya eranya udah ganti, bukan era kaset lagi, kan digital. Sehari sekarang malah justru kadang blong sama sekali, nggak laku pernah,” jelasnya.
Selain perkembangan zaman, faktor lain adalah banyak pabrik sudah menutup usahanya. Alhasil, permintaan masyarakat yang menginginkan lagi-lagu baru tak bisa dipenuhi.
Sebenarnya banyak kolektor dari luar kota menanyankan kaset vinyl, kaset berbentuk lingkaran seperti piringan hitam. Hanya saja karena harganya relatif cukup mahal, Rizky Ilahi memilih untuk tidak menyetok lagi kaset jenis itu di tokonya.
Harga dari setiap kaset di Kurnia Illahi cukup bervariasi, bergantung dari jenis kaset yang dibeli. Kaset pita Barat dihargai Rp40 ribu, sedangkan kaset pita Indonesia Rp30 ribu. Lalu CD Indonesia ditawarkan dari harga Rp50 ribu dan untuk CD Barat mulai dari Rp100 ribu. Semua kaset yang dijual Rizky Illahi adalah kaset asli dari pabrik-pabrik rekaman.
Rizky Illahi mulai membuka toko kasetnya disesuaikan dengan jam buka warung sate padang miliknya, yakni pukul 12.00 hingga 21.00 WIB.
*) Reporter: Nur Indah Setyaningrum/Rimadhiana
(and_)