SUKOHARJO, solotrust.com – Efisiensi anggaran pemerintah resmi diberlakukan sejak awal 2025. Kebijakan ini berdampak bagi banyak sektor kehidupan, tak terkecuali pada industri kerajinan gamelan di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Owner Usaha Dagang (UD) Putra Supoyo, Feri Agus Dian Kusumawardani, mengaku usahanya sangat terdampak efisiensi anggaran pemerintah. Ia menjelaskan, pesanan gamelan biasanya paling banyak datang dari Pulau Bali untuk berbagai acara besar.
Semenjak efisiensi diterapkan, praktis anggaran perayaan hari besar di Bali dipotong. Hal ini membuat pesanan gamelan turun drastis.
“Sejak Januari menurun, faktor efisiensi pemerintah berdampak juga karena anggaran pembelian gong itu kan paling sering dari Bali. Itu banyak dipangkas,” jelas Feri Agus Dian Kusumawardani pada tim solotrust.com, Kamis (10/07/2025).
Dampak efisiensi juga menyerang pekerja di UD Putra Supoyo. Perajin gamelan, Supar (52) mengeluh, efisiensi membuat pesanan gamelan yang dikerjakan sepi. Hal ini menyebabkan Supar kesulitan ekonomi karena membuat gamelan adalah mata pencaharian utama baginya.
“Saya sudah 35 tahun jadi perajin gamelan. Ya, kalau sepi pesanan gini susah juga buat menghidupi keluarga karena ini pekerjaan utama. Kalau ini sepi, saya tani, bertani. Cuman bertani kan buat tabungan saja. Kalau ini buat makan sehari-hari, kalau sepi ya susah juga,” keluh Supar.
Para pekerja industri gamelan berharap, dampak dari efisiensi tidak berkelanjutan supaya mereka bisa bertahan sebagai perajin gamelan. Mereka khawatir efisiensi akan merusak usaha pelestarian gamelan.
*) Reporter: Eka Ririn Marantika/Salma Arezha/Siti Latifah
(and_)