Pend & Budaya

Sekolah Rakyat Resmi Beroperasi Serentak, Kedepankan Pendekatan Empati ke Siswa

Pend & Budaya

15 Juli 2025 11:22 WIB

Sekolah Rakyat resmi beroperasi secara serentak di 63 titik seluruh wilayah Indonesia, ditandai dengan dimulainya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Senin (14/07/2025). (Foto: sekolahrakyat.kemensos.go.id)

JAKARTA, solotrust.com - Sekolah Rakyat resmi beroperasi secara serentak di 63 titik seluruh wilayah Indonesia, ditandai dengan dimulainya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Senin (14/07/2025). Sementara 37 titik lainnya akan menyusul akhir bulan ini. Pendekatan empati dipilih dalam masa pengenalan lingkungan.

Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 Jakarta, Regut Sutrasto, mengatakan pihaknya memilih pendekatan empati dalam masa pengenalan lingkungan sekolah.



"Kalau kami pendekatannya adalah pendekatan empati. Kami tumbuhkan rasa kasih sayang karena kami adalah sebagai pengganti dari orangtua. Kami sebagai orangtua akan mengayomi sehingga nanti anak-anak kita belajar nyaman dengan lingkungannya," kata Regut Sutrasto, saat mengikuti kegiatan Pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Rakyat Tahun 2025 di SRMP 6 Bambu Apus, Jakarta Timur, Senin (14/07/2025), dilansir dari laman sekolahrakyat.kemensos.go.id.

Lebih lanjut Regut Sutrasto menjelaskan, MPLS akan dilaksanakan selama lima hari, terdiri atas pendidikan karakter, masa pengenalan lingkungan sekolah, termasuk di dalamnya pemakaian dan perawatan fasilitas sekolah, lalu pengenalan tata tertib dan jadwal kegiatan di sekolah.

"Kegiatan MPLS hari ini yang pertama tadi ada kegiatan launching (secara daring) dengan kementerian terkait, terus yang kedua nanti (siswa) ada tes kesehatan, terus tes kebugaran untuk mengecek tingkat kebugaran anak-anak kita," ungkapnya.

Regut Sutrasto bilang, masa pengenalan dan orientasi lingkungan Sekolah Rakyat ini akan menekankan pada kenyamanan siswa.

"Orientasi ini kita buat seramah mungkin pada anak sehingga nanti anak jadi nyaman," jelasnya.

MPLS di SRMP 6 Jakarta mengampu 75 siswa jenjang SMP, terdiri atas 35 orang laki-laki dan 40 orang perempuan. Siswa terbagi ke dalam tiga rombongan belajar (Rombel), masing-masing rombel 25 orang.

Siswa Sekolah Rakyat akan tinggal di asrama selama mengikuti kegiatan. Sebanyak enam orang wali asuh bertugas mendukung layanan pendampingan siswa dan dua orang wali asrama akan bertugas sebagai penanggung jawab kondisi asrama di Sekolah Rakyat.

"Setidaknya dengan diasramakan, pola hidup anak-anak kita akan lebih teratur, sesuai dengan salah satunya dalam tujuh kebiasaan yang tadi disampaikan," kata Regut Sutrasto.

Ia menjelaskan, meskipun para siswa di asrama selama mengenyam pendidikan, orangtua tetap akan diberikan kesempatan untuk menjenguk anaknya.

"Pasti dijadwalkan nanti untuk memberikan kesempatan bagi orangtua melepas rindu (pada anaknya)," bilang Regut Sutrasto.

Sistem asrama tidak serta merta membuat siswa takut berjauhan dengan orangtua. Salah satu cerita datang dari Herlina Putri. Ia merupakan anak seorang nelayan yang menjadi salah satu siswa SRMP 6.

"Di sini kayak bagus banget, terus banyak temen aku yang baru," kata Herlina Putri.

Ia mengaku, menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat adalah keinginannya sendiri dan kelak ingin membanggakan orangtua. Herlina Putri senang bisa mendapatkan fasilitas sekolah lengkap.

"Bagus banget, dapat kartu, peralatan mandi, lemari, sama itu meja belajar satu-satu," sebutnya.

(and_)