SOLO, solotrust.com – Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menggelar sidang senat terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-61 pada Selasa (05/07/2025) pukul 09.00 WIB, bertempat di Pendopo GPH Joyokusumo ISI Surakarta. Acara ini bertema The Harmony of Tradition and Innovation, Building Independence Towards the Future, mengandung harapan ISI Surakarta menjadi penanda arah dan semangat transformasi Surakarta ke depan di tengah arus globalisasi dan disrupsi digital.
Rektor ISI Surakarta, I Nyoman Sukerna, melaporkan ISI Surakarta telah meluluskan sebanyak 9000 alumni, terhitung sejak masih bernama Akademi Seni Karawitan Surakarta.
“Jumlah lulusan asisten ahli seniman karawitan sarjana seni, sarjana terapan seni, magister, doktor, terhitung sejak masih bernama Akademi Seni Karawitan Surakarta, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, dan Institut Seni Indonesia Surakarta yang berusia 61 sekarang ini telah sebanyak hampir 9000 orang,” lapor I Nyoman Sukerna pada jajaran Senat ISI Surakarta.
Ia juga menyampaikan terdapat transformasi baru, ISI Surakarta berubah status dari Satuan Kerja (Satker) menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Hal ini dilakukan agar ISI Surakarta mampu mengelola tata keuangan dan manajemen secara otonom.
“Capaian monumental yang dicapai ISI Surakarta adalah status sebagai Badan Layanan Umum (BLU), perubahan status ISI Surakarta dari Satuan Kerja (Satker) menjadi BLU. Status ini ingin mengelola tata keuangan dan manajemen yang otonom menuju kemandirian ISI Surakarta,” lanjut I Nyoman Sukerna.
Acara ini juga menampilkan orasi ilmiah oleh koreografer Eko Supriyatno. Ia menerangkan eksistensi budaya masyarakat Belu tentang tarian bernama Lakurai.
Tari tersebut diteliti selama dua tahun dan melibatkan 6000 perempuan Belu. Selanjutnya diadaptasi menjadi gerakan kolektif bernama Tari Ibu-ibu Belu: Bodies of Borders, berkisah tentang penderitaan perempuan selama perang perebutan wilayah antara Indonesia dan Timor Leste.
“Pada awal 2017 saya diperkenalkan kepada Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur oleh Bupati Willybrodus Lay. Perjumpaan ini membawa saya kembali kepada pengalaman kolosal ketika saya menyaksikan lebih dari 6000 penari, penari Likurai, dan itu dari berbagai tingkat usia. Peristiwa tersebut mendorong saya bertekad bahwa Tari Likurai akan saya bawa ke panggung internasional,” terang Eko Supriyanto.
*) Reporter: Eka Ririn Marantika/Salma Arezha/Siti Latifah
(and_)