Solotrust.com- Membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu kebiasaan penting yang harus diajarkan sejak anak-anak. Jika tidak demikian, persoalan sampah di Indonesia bisa jadi akan semakin sulit diatasi.
Namun, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara mengajarkannya? Seperti yang kita tahu, anak-anak cenderung susah untuk diberitahu, kadang mau kadang tidak.
Menyadari hal itu, lima anak muda asal Yogyakarta yang terdiri dari Roch Galih, Agung, Riska, Aditya dan Dyah Intan Ayu muncul ide untuk membuat Waste Pop Up Book sebagai media pembelajaran yang menarik tentang sampah. Sebelumnya, kelima anak muda tersebut dipertemukan dalam sebuah event bertajuk Trash Talk yang diselenggarakan oleh degelasi YSEALI (Youth Southeast ASEAN Leaders Initiative) asal Indonesia.
"Jadi masing-masing delegasi dari YSEALI di Indonesia disuruh membuat proyek. Nah proyek mereka namanya Trash Talk. Dari Trash Talk sendiri lahir beberapa kelompok aktivis lingkungan. Nah, kelompok kami membuat proyek Waste Pop Up Book," cerita Galih kepada Solotrust.com.
Waste Pop Up Book berbentuk buku yang interaktif karena terdapat objek yang bisa bergerak atau digerakkan. Ketika dibuka, terdapat gambar yang menyembul dari kedua sisi halaman. Ada gambar kamar tidur, kamar mandi, hingga ruang keluarga yang dipenuhi dengan sampah.
"Kita bikin media edukasi seperti ini supaya anak-anak bisa aware tentang sampah sejak dini. Jadi nanti ke depannya, mereka tidak sembarangan membuang sampah. Sekarang kan permasalahan lingkungan lagi booming banget," ungkap Galih.
Menurut Galih, Waste Up Book merupakan sarana untuk membangun kesadaran anak-anak agar membuang sampah pada tempatnya dengan cara yang menyenangkan. "Kita membidik anak-anak karena menurut kita, pendidikan itu dimulai dari kecil. Dan sesuatu menyenangkan yang mereka ingat di masa kecil akan mereka bawa sampai dewasa. Jadi bisa membentuk semacam habit. Nah, kita ingin bangun itu dengan cara yang menyenangkan," ujarnya.
Kedepannya, Galih mengatakan Waste Pop Up Book ini akan dikemaskan dalam bentuk dongeng, sehingga bisa semakin melekat diingatan anak-anak. Di samping itu, mereka juga berencana untuk mensosialisasikan buku waste pop up tersebut ke sekolah-sekolah dan gerakan literasi yang ada di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. (mia)
(wd)