Serba serbi

Ini Cerita Legenda Rawa Pening, Ada Kisah Bocah Ajaib Juga

Wisata & Kuliner

29 April 2018 09:29 WIB

Rawa Pening. (solotrust.com/tg)

Solotrust.com- Legenda mengisahkan, Rawa Pening bermula dari seorang bocah ajaib. Bocah yang tidak rupawan ini digambarkan memiliki sisik karena keturunan naga. Tak seorang pun warga desa yang mau merawat bocah itu, kecuali seorang janda tua. Ketika di desa itu ada hajadan, si bocah bermaksud melihatnya, dan berpesan pada janda tua itu agar menyiapkan lesung.

Di keramaian hajadan, bocah itu menancapkan lidi ke tanah, dan menawarkan kepada semua orang agar mencabut lidi itu. Tak seorang pun bisa mencabut lidi itu dari tanah. Lantas bocah itu mencabutnya. Dari lobang bekas tancapan lidi  menyembur air yang terus membesar menjadi banjir. Seluruh orang desa tenggelam, kecuali bocah itu dan janda tua yang menggunakan lesung sebagai perahu. Desa itu akhirnya menjadi rawa.



Soal naga yang menjadi pengantar legenda Rawa Pening, bisa dilihat di Bukit Cinta di tepi barat. Bukit Cinta merupakan kawasan rekreasi dengan ikon berupa patung naga di pintu masuk. Di sini juga terdapak lingga dan yoni atau batu lumpang yang diperkirakan peninggalan zaman Mataram Hindu. Bukit Cinta menawarkan panorama yang menawan ditambah dengan rekreasi yang mengasyikkan di petamanan, mancing dan menyusur rawa dengan perahu sewaan.

 

Dari legenda tersebut, seakan-akan air rawa pening berasal dari sebuah mata ar. Namun kenyataannya, air yang berhimpun di rawa ini tidak hanya berasal dari mata air, melainkan juga dari aliran sungai-sungai di sekitarnya. Sungai-sungai kecil itu berhulu di pegunungan sekitarnya.

Sungai-sungai yang mengalir ke Rawa Pening terdiri dari Sungai Galeh, Sungai Klegung dan Sungai Legi yang melewati Banyubiru dan Jambu. Sungai Torong, Sungai Panjang, Sungai Parat dan Sungai Kupang yang melewati Bandungan dan Ambarawa. Sungai lainnya meliputi Sungai Sraten, Sungai Rengas, Sungai Tukmodin, Sungai Kedungringin, Sungai Ngreco, Sungai Praguman, Sungai Ringis, Sungai Tengah dan Sungai Tapen. Sungai yang paling besar pasokannya ke Rawa Pening adalah Parat yang berhulu di punggung Gunung Merbabu.

Sisi timur laut Rawa Pening lebih rendah, dan di sini mengalir Sungai Tuntang sebagai pembuangan air rawa hingga ke Laut Jawa melalui Grobogan dan Demak. Aliran Sunga Tuntang mulai ditata pada zaman Belanda,tahun 1912, dan juga digunakan untuk pembangkit listrik di Jelok dan Timo. (tg)

(wd)