SOLO, solotrust.com- Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo bersama dengan perbankan, distributor utama dan dunia usaha menyelenggarakan Pasar Gotong Royong Bakdan Neng Solo.
Pasar yang menyediakan kebutuhan pokok tersebut digelar selama 2 hari, Rabu Kamis (6-7/6/2018) di pelataran Benteng Vastenberg Solo.
Wakil Ketua TPID Solo, Bandoe Widiarto ,mengatakan kegiatan tersebut bertujuan agar inflasi menjelang Idul Fitri 2018 tetap terjaga.
"Kegiatan ini dilakukan untuk pengendalian harga dan menjaga ketersediaan pangan pokok di tingkat masyarakat," ujarnya pada solotrust.com, Rabu (6/6/2018).
Sebanyak 75 stand menyediakan komoditas pangan strategis antara lain beras, bawang merah, bawang putih, cabai, telur ayam, daging ayam ras, minyak goreng dan LPG. Selain itu, komoditas lain yang dijual yaitu aneka bumbu dapur, buah, produk makanan, dan pakaian. Daging ayam ras dijual di harga Rp 26,5 ribu, gula di harga Rp 11,5 ribu, minyak goreng Rp 11 ribu, telur ayam di harga Rp 16 ribu.
"Berbeda dengan pasar murah tahun-tahun sebelumnya, tahun ini mengusung konsep baru, yaitu gotong royong. Sebab upaya pengendalian inflasi tidak dapat dilakukan secara parsial melainkan tugas dan tanggung jawab bersama," paparnya.
Secara historis, inflasi menjelang Iebaran tercatat lebih tinggi dibanding inflasi bulanan. Pada periode lebaran 3 tahun terakhir (2015 - 2017), inflasi kota Solo saat lebaran masing-masing tercatat 0,96% (mtm), 0,62% (mm) dan 0,87% (mm). Adapun komoditas penyumbang inflasi pada 2017 adalah bawang putih, tarif listrik, tarif angkutan udara, daging ayam ras, dan tarif angkutan kota.
"Mudah mudahan inflasi Lebaran tahun ini lebih rendah dari tahun lalu. Indikasinya inflasi bulan mei 0,04 terendah selama 4 tahun terakhir," imbuhnya.
Melalui penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan menjelang Idul Fitri 2018, harga sejumlah komoditas pangan di Kota Solo akan tetap stabil. Pihaknya melibatkan ulama untuk mengimbau masyarakat agar bijak belanja. Upaya lain untuk menekan inflasi yaitu operasi pasar hingga dialog dengan distributor.
Salah seorang warga Sumber, Sri Wahyuni (57) tampak membeli 2,5 kg beras dan 2 kg telur. Dirinya mengaku mengetahui pasar gotong royong dari radio. "Rencananya juga mau menukar uang baru tapi ternyata antrian sudah habis. Saya biasanya beli kebutuhan di pasar. Beli di sini lebih murah," ujarnya. (Rum)
(wd)