SOLO, solotrust.com - Anggota Paguyuban Ojek Pangkalan Gondang Wetan utara Terminal Tipe A Tirtonadi harus gigit jari, pasalnya pendapatan mereka pada lebaran tahun 2018 menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Agus, Ketua Paguyuban Opang Gondang Wetan menuturkan ia bersama anggotanya mengalami penurunan pendapatan hingga 50%.
Bahkan, dikatakan Agus, hingga H-1 atau satu hari jelang lebaran ini, pendapatan masih sama saja tidak ada peningkatan signifikan atau lonjakan permintaan penumpang.
Padahal, puncak arus mudik di Terminal Tipe A Tirtonadi diprediksi terjadi pada H-2 atau dua hari jelang lebaran Rabu (13/6/2018) kemarin.
"Tapi sekarang ini masih anyep-anyep saja, lebaran ini penumpang sepi," tutur Agus kepada solotrust.com saat ditemui di pangkalannya, Kamis (14/08/2018).
Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena adanya tol fungsional, pemudik yang dulunya menggunakan moda transportasi bus sekarang banyak beralih menggunakan mobil pribadi menggunakan jalur tol fungsional Salatiga - Ngawi. Sehingga berdampak pada permintaan penumpang.
"Mungkin sekarang banyak yang menggunakan jalan tol yang biasanya dulu naik bus," ujarnya
Akan tetapi, Agus juga tidak menampik jika hal itu dikaitkan dengan kehadiran beberapa operator ojek online yang sejak satu tahun terakhir semakin marak beroperasi di Kota Solo dengan jumlah yang semakin massif. Ia mengaku setelah adanya ojek online tren masyarakat berubah.
Ketika belum ada angkutan berbasis online, Agus menceritakan, dalam sehari para tukang ojek ini dapat bolak-balik mengantarkan penumpang 10 hingga 15 kali, terlebih pada masa angkutan lebaran.
Setidaknya, Agus mengungkapkan, para tukang ojek tersebut dapat mengantongi uang hingga Rp. 150 hingga 200 ribu rupiah perhari, soal tarif fluktuatif, karena satu kali berangkat bisa dihargai Rp 10 ribu, Rp 20 ribu bahkan lebih, tergantung jarak dan kesepakatan harga antara pengemudi dengan penumpang.
"Kalau dulu bisa narik sampai sampai 10 kali bahkan lebih, untuk tarif tergantung tawar menawar dengan penumpang," ujarnya.
Sementara itu, pada lebaran kali ini diakuinya, para tukang ojek pangkalan di Terminal tersebut hanya dapat menarik atau mengantarkan penumpang rata-rata empat hingga lima kali dalam sehari, begitupun juga saat hari-hari biasa.
Uang yang didapat dalam sehari pun tentu berkurang drastis, kini mereka hanya mampu mengantongi rata-rata Rp. 40 - 70 ribu per hari.
“Saya sangat merasakan dampaknya. Banyak juga teman-teman sesama ojek pangkalan yang mengeluh," ungkapnya.
Penurunan pendapatan ini juga dikeluhkan ojek lainnya, Tukiman. Pendapatannya kini menurun dua kali lipat sejak ojek online semakin marak.
Tukiman yang telah 15 tahun bekerja sebagai ojek ini mengatakan sebelum ojek online marak, pendapatannya dalam sehari bisa mencapai Rp 150 ribu, lebih lagi pada musim lebaran tiba. Tapi kini rata-rata Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu sehari.
“Biasanya dulu rata-rata sehari bisa dapat Rp 90 ribu sampai Rp 150 ribu. Sekarang Rp 80 ribu sudah paling banyak, kalau rata-rata sekarang Rp 40 ribu -Rp 50 ribu saja,” ujar warga Mojosongo itu.
Kenapa tidak ikuti ojek online?
Ia mengaku sempat ditawari bekerja sebagai ojek online, tapi ia menolak karena tidak memiliki ponsel android, selain itu juga tarif ojek online yang rendah diakuinya tidak bisa mencukupi kebutuhan bersama isteri dan tiga anaknya.
"Kalau ojek online memang lumayan dijadikan pekerjaan sampingan orang yang sudah memiliki pekerjaan di tempat lain, tapi kalau seperti kami ini yang memang bergantung pada pekerjaan ini, saya rasa sulit dan menyengsarakan, ditambah persaingannya semakin banyak," ujarnya
Meski demikian, bapak tiga anak itu tetap ikhlas dan bersyukur, menurutnya, ojek pangkalan dan online memiliki pelanggan tersendiri. Jika ojek online banyak digunakan para pelanggan yang telah melek teknologi, maka pelanggan ojek pangkalan atau konvensional ialah mereka yang tak akrab dengan ponsel yang berbasis android.
“Kalau di sini juga sudah aturannya kok, pengemudi ojek online tidak diperbolehkan ambil penumpang dengan jarak sekitar 200 meter dari ojek pangkalan, itu yang kita sepakati, namun terkadang masih ada ojek online yang nekat, mungkin masih baru dan belum tahu aturan, kita kasih tahu baik-baik kalau masih terus ngeyel bisa diambil atributnya,” tutup Tukiman.
Sementara Agus menambahkan saat ini anggotanya berjumlah 28 tukang ojek yang tergabung dalam paguyuban ojek Gondang Wetan. Dalam operasionalnya para tukang ojek juga telah diatur sedemikian rupa, seperti dalam menunggu penumpang, agar tidak berebutan penumpang mereka pun saling berbagi dengan nomor urutan dan juga sistem shift sehari-harinya. Menariknya, pada masa lebaran ini, ia membebaskan shift para anggotanya.
"Kalau hari-hari biasa kita bagi dalam shift, namun selama masa lebaran kali ini kita bebas shift, supaya semakin banyak rejeki yang mengalir kepada para ojek pangkalan ini," harapnya. (adr)
(wd)