Hard News

Fosil di Nusantara Melimpah, Perlu Banyak Konservator

Jateng & DIY

21 Juli 2018 09:01 WIB

Berbagai fosil yang disimpan di Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. (solotrust-saf)

SRAGEN, solotrust.com – Museum Manusia Purba Sangiran yang mempunyai title 'The Homeland of Java Man' dan dikenal sebagai Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS), kembali menggelar kegiatan workshop konservasi fosil untuk yang kedua kalinya. Lantas untuk apa kegiatan workshop ini rutin digelar?

Kepala Seksi Perlindungan di BPSMP Sangiran yang juga seorang arkeolog, Dodi Wiranto menyebut bahwa saat ini dengan melimpahnya fosil di seantero Nusantara, maka diperlukan banyak konservator.



Menurut Dodi, penemuan fosil-fosil di Nusantara ini adalah cerita panjang karena nilai fosil-fosil, terutama fosil manusia sangat tinggi. Sehingga tak salah jika UNESCO sebagai organisasi PBB di bidang pendidikan keilmuaan dan kebudayaan memberikan penghargaan atas fosil-fosil manusia di Indonesia.

“Banyak sekali dalam penelitiannya, ternyata penemuan banyak fosil di Indonesia ini yang sebenarnya itu merupakan cerita yang panjang,” tutur Dodi kepada solotrust.com, Jumat (20/7/2018).

Dari jumlah fosil yang ditemukan serta kemungkinan-kemungkinan akan ditemukan lagi fosil baru, maka upaya pelestarian memerlukan sumber daya manusia yang lebih banyak. Oleh sebab itu workshop ini akan memunculkan konservator-konservator yang akan terus menjaga kelestarian fosil-fosil, terutama manusia purba.

Dodi menyebut, fosil manusia purba adalah asset negara yang tak ternilai harganya. Sekitar 50 persen dari penemuan fosil di dunia ini berada di Indonesia dan tidak dimiliki oleh negara lain. Hal itu menurut Dodi menunjukkan bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang sudah cukup tua dibanding bangsa lainnya.

“Kami memberi bekal kepada mereka, agar supaya mereka juga bisa turut mengkonservasi fosil hingga nanti terjadi pelestarian yang bagus,” harapnya.

Dalam workshop yang digelar selama enam hari, para peserta secara bersama-sama mengikuti berbagai ragam acara. Kegiatan ini meliputi pemaparan materi-materi tentang penyelamatan temuan arkeologis, konservasi, kemajuan penelitian bahan konservan alami dari para narasumber yang ahli dalam bidangnya.

Selain itu kegiatan ini juga dilengkapi dengan praktik di lapangan dalam menyelamatkan temuan arkeologis serta penanganan pascapenyelamatan. Sementara salah satu materi yang baru dan berbeda dari workshop sebelumnya adalah pemberian materi tentang pembuatan replika fosil beserta praktiknya dari narasumber dan pengajar yang profesional dalam bidang pembuatan replika. (saf)

(way)