Pend & Budaya

Konferensi ke-14 IRSA Bahas Ekonomi Regional dan Lokal

Pend & Budaya

24 Juli 2018 06:02 WIB

Suasana The 14th IRSA Conference 2018 di Best Western Premier Solo Baru, pada Senin (23/7/2018)

SUKOHARJO, solotrust.com - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (FEB UNS) Solo menyelenggarakan konferensi internasional tahunan ke-14 Indonesian Regional Science Association (IRSA) di Best Western Premier Solo Baru, selama dua hari yakni Senin hingga Selasa (23-24/7/2018).

Ketua panitia Tri Mulyaningsih SE MSi PhD kepada wartawan, menuturkan tema yang diusung dalam konferensi tahun ini adalah penguatan Ekonomi Regional dan Lokal. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menjadi keynote speaker dalam IRSA 2018.



Selain itu, konferensi juga dihadiri sejumlah besar akademisi dan pembuat kebijakan dari berbagai institusi di Indonesia dan luar negeri seperti Australia, Jepang, dan Malaysia.

"Tujuan dari konferensi adalah mempromosikan kemajuan penelitian di bidang ekonomi dan memfasilitasi diskusi terbuka dan perdebatan, transfer pengetahuan, strategi untuk perumusan kebijakan, dan jaringan di antara para akademisi dan pembuat kebijakan," ujarnya di sela acara, Senin (23/7/2018).

Tri mengatakan, IRSA telah menciptakan jaringan akademisi dan pembuat kebijakan yang luas serta peduli dengan isu-isu pembangunan daerah. Menurutnya, penting bagi sebuah perguruan tinggi mengisi kajian-kajian hal berkaitan pembangunan ekonomi masyarakat.

"Jaringan tersebut mampu memainkan peran utama tidak hanya di arena akademik melalui penelitian dan publikasi tetapi juga berkontribusi terhadap kebijakan pembangunan daerah berbasis bukti pada tingkat nasional, regional, dan lokal," kata dia.

Tri menuturkan, sejumlah topik yang dibahas dalam pertemuan ilmiah IRSA 2018 di antaranya adalah pengembangan dan daya saing bisnis lokal (termasuk UMKM), peningkatkan efektivitas pusat pertumbuhan regional, inovasi dalam tata kelola pemerintahan dan iklim bisnis di daerah, pertumbuhan hijau untuk pembangunan di daerah, standar pelayanan minimum di Indonesia, dan pembangunan infrastruktur lokal.

"Kemudian manajemen kota, kebijakan penganggaran pemerintah dan dampaknya pada pembangunan di daerah, jaringan universitas regional, pengembangan sumber daya manusia, pengentasan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan dan kesenjangan regional, hingga desentralisasi dan pembangunan yang keberlanjutan perdagangan serta isu-isu dalam bidang ekonomi mikro, ekonomi makro dan regional," bebernya.

Pelaksanaan IRSA 2018 dapat terselenggara melalui kerja sama dengan Knowledge Sector Initiative (KSI), sebuah program kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Australia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui penyusunan kebijakan publik yang lebih berkualitas, berdasar pada hasil-hasil penelitian, analisis, dan bukti yang lebih baik.

"Beberapa mitra pembangunan lain yang turut mendukung kegiatan ini adalah Indonesia Project Australian National University (ANU), Badan Kebijakan Fiskal (BKF), BAPPENAS, Indonesia Bureau of Economic Research (IBER), Mandiri Institute, SurveyMeter serta Bisnis Indonesia sebagai media partner," urai Tri.

Konferensi IRSA dbuka oleh Tri Mulyaningsih selaku Chair of the Organizing. Sambutan diberikan oleh Prof Budy Resodudarmo sebagai President  of RSAI, Prof Arief A Yusuf sebagai President of IRSA, Ria Arief dari Unit Manager Poverty and Social Development selaku perwakilan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, serta Prof Dr Ravik Karsidi MS selaku Rektor UNS.

Sesi panel plenary pada tanggal 23 Juli 2018 disampaikan oleh Prof Mari Elka Pangestu (Profesor Universitas Indonesia) serta Dr Yuri Sato (Vice-President of IDE-JETRO).

Sedangkan panel plenary pada tanggal 24 Juli 2018 akan disampaikan oleh Prof Lisa Cameron (University of Melbourne) serta DR Sudarno Sumarto (The SMERU Research Institute). Konferensi juga menyajikan acara gala dinner dengan penyampaian materi oleh Prof Iwan Jaya Azis (Cornell University) dan Dr Arlyana Abubakar (BI Institute). (adr)

(way)