SOLO, solotrust.com - Ketua Umum Yayasan Kesejahteraan, Pendidikan dan Sosial Sahid Jaya Dr. Nugroho B. Sukamdani, MBA, BET mengatakan, saat ini Yayasan Sahid Jaya telah menjalin kerjasama University to University (U to U) dengan kampus luar negeri.
"Unit Pendidikan STP Jakarta dan STP Surakarta serta Usahid Jakarta dan Usahid Surakarta menjalin kerjasama dengan Box Hill Institute Australia, Hounan Normal University China, Chinese Logistics and Transportation Association Taiwan, dan beberapa universitas Uzbekistan, seperti International Islamic Academy Of Uzbekiztan, Silk Road International Tourism University Uzbekiztan dan membentuk Soekarno Sahid Tourism College Uzbekiztan, dengan Pemerintah Uzbekistan kita diminta mengelola dua bandara internasional dan satu kampus perguruan tinggi," beber dia
Sukamdani berpesan, agaknya kondisi ini dapat menjadi pemicu bagi unit-unit pendidikan di bawah naungan Yayasan Sahid Jaya untuk meningkatkan kualitasnya di era revolusi industri 4.0 saat ini.
"Terkait dengan Box Hill Institute Australia kita akan mengirimkan mahasiswa untuk magang kerja dan penempatan alumni di industri pariwisata Australia," ujarnya
Box Hill Institute juga akan mengirimkan tenaga ahlinya untuk meningkatkan kompetensi bahasa Inggris dan pengetahuan perhotelan serta kuliner bagi dosen-dosen dan guru-guru di universitas, sekolah tinggi pariwisata, dan SMK Sahid.
"Sementara kerjasama dengan Hounan Normal University yang memiliki lebih dari 50.000 mahasiswa kita diminta mengembangkan perubahan budaya kaum milenial China yang sedang ngetrend, yakni dari budaya minum teh ke budaya minum kopi, serta kerjasama dengan CILTA Taiwan untuk menempatkan mahasiswa magang kerja di industri pariwisata dan jasa lainnya," kata dia
Sejarah mencatat hubungan Indonesia-Uzbekistan telah dimulai pada era Presiden Soekarno yang menginisiasi penemuan makam Imam Bukhori, salah satu perawi hadits shahih asal Samarkand Uzbekistan sehingga sampai saat ini Pemerintah dan penduduk Uzbekistan sangat menghormati Pemerintah dan penduduk Indonesia.
"Harapannya wisudawan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk dapat bekerja di negara-negara tersebut, karena dengan menjadi tenaga terampil dan terdidik di luar negeri, akan dapat menjadi penyumbang devisa dan menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia," tutup dia. (adr)
(wd)