SOLO, solotrust.com - Kepala Satpol PP Kota Surakarta Sutardjo menekankan kepada sekolah, orang tua, ataupun satuannya agar tidak melakukan hukuman fisik kepada para pelajar yang kedapatan kurang disiplin.
Hukuman fisik yang ia maksud semisal mencukur rambut hingga plontos, push up hingga membersihkan toilet sekolahan.
"Ojo di dislenthiki kupinge, ojo dikon (jangan disuruh) ngepel, jangan digunduli, pokoknya jangan ada hukuman fisik," ujar Sutardjo di ela acara Satpol PP Peduli Pendidikan di Kusuma Sahid Prince Hotel, Solo, Rabu (14/11/2018).
Sutardjo bercerita, ia kerap berdialog dengan pelajar bermasalah. Menurutnya, tidak sepantasnya anak-anak mendapatkan hukuman fisik lantaran bisa mempengaruhi mental dan karakter siswa. Bahkan, dijelaskannya anak-anak tersebut masih memiliki cita-cita tinggi seperti menjadi polisi, guru, dokter dan lain-lain.
"Mereka masih memiliki harapan, jangan sakiti mental mereka dengan memberikan hukuman-hukuman fisik yang mempermalukan mereka. Nyatanya mereka masih memiliki cita-cita yang dikejar, sehingga masih berkemauan untuk dididik menjadi lebih baik lagi kedepannya," tukasnya.
Seperti yang ia lakukan dengan menggagas program Satpol PP Peduli Pendidikan di mana pihaknya bersama sekolah-sekolah menengah atas/kejuruan di Kota Solo dan Balai Pendidikan Menengah dan Khusus (BP2MK) meningkatkan kedisiplinan siswa pelajar di Kota Solo dengan memberikan motivasi, pembinaan, dan penyuluhan.
Dalam program Satpol PP Peduli Pendidikan, dijelaskannya, pihaknya berfokus pada anak-anak yang cenderung bermasalah sehingga diharapkan dapat mengubah menjadi lebih baik.
"Mereka harus dikenai hatinya, bukan dengan dihukum secara fisik, dalam kegiatan ini kita hadirkan motivator psikolog, kepolisian, dan lainnya yang berkenaan dengan pengembangan karakter siswa," ujar dia.
Sementara itu, Pengawas SMA/SMK Kota Surakarta Pangarso Yuliatmoko sepakat dengan apa yang diutarakan oleh Sutardjo. Menurutnya, kontak fisik dalam memberikan hukuman kepada siswa yang bermasalah sudah semestinya dihindari karena mencederai mental anak.
"Harus ada pembinaan, humunan yang mendidik, yang menjadikan anak sadar bukan malah merasa terhakimi dan dikucilkan. Mental mereka bisa down karena mendapat perlakuan buruk dan justru menggiring mereka ke hal buruk juga," papar dia.
Ia menekankan agar pihaknya berkoordinasi dengan sekolah-sekolah agar tidak memberikan hukuman secara fisik kepada siswa bermasalah.
"Jangan pernah ada kekerasan fisik di sekolah, anak-anak harus ditangani dengan baik," tandasnya. (adr)
(way)