Hard News

Grebeg Sudiro 2019, Tionghoa dan Jawa Menyatu dan Meriah

Jateng & DIY

3 Februari 2019 16:45 WIB

Kemeriahan Grebeg Sudiro 2019.

SOLO, solotrust.com- Grebeg Sudiro 2019 berlangsung meriah di Kawasan Pasar Gede Solo, Minggu (3/2/2019) siang. Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo bersama Wakil Wali Kota Achmad Purnomo dan Ketua DPRD Surakarta Teguh Prakosa mengibarkan bendera start tanda dimulainya karnaval.

Beberapa jam sebelum dimulai, ribuan warga sudah memadati kawasan setempat untuk menyaksikan Karnaval Budaya yang menampilkan potensi warga Kelurahan Sudiroprajan yang terbalut dalam akulturasi itu. Sebelum kirab dimulai, masyarakat pun disuguhkan atraksi liong dan barongsai.



Akulturasi budaya etnis Tionghoa dan masyarakat Jawa benar-benar tercermin dalam pertunjukan yang ditampilkan, ada tokoh - tokoh dalam novel Perjalanan ke Barat legenda rakyat Tiongkok Kera Sakti dengan lakon Sun Go Kong bersama guru dan adik-adiknya, pertunjukan wushu, barongsai hingga keseninan reog. Termasuk, beranekaragam jodang, diantaranya jodang tugu Pasar Gede, jodang Pagoda Tian Ti Surabaya, Jodang Stasiun Jebres, jodang Klentheng dan sebagainya. Total Karnaval Budaya Grebeg Sudiro diikuti 54 kelompok sekitar 1.500 orang.

Meski sempat diguyur hujan, tak menyurutkan semangat peserta untuk menjalankan kirab. Mereka tetap berjalan dan menampilkan kesenian adan potensi dari tiap-tiap kelompok, begitu pun masyarakat. Ada yang memilih tetap bertahan dengan menggunakan payung dan jas hujan.

Lurah Kelurahan Sudiroprajan, Dalimo mengatakan, Grebeg Sudiro merupakan pertunjukan akulturasi kebudayaan yang luar biasa menampilkan keindahan dan wajib ditampilkan setiap memasuki masa perayaan tahun baru China.

"Grebeg Sudiro ini dua kebudayaan bersatu sehingga menampilkan kegiatan yang begitu indah fantastis. Perbedaan itu lah menjadi magnet masyarakat dan menjadi kekuatan Grebeg Sudiro," kata Dalimo saat ditemui solotrust.com

Kata Dalimo, Grebeg Sudiro menjadi sebuah gambaran pluralisme masyarakat dan menjadi agenda rutin tahunan masyarakat Sudiroprajan yang saat ini sudah memasuki tahun ke-12.

Sementara itu, Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo menegaskan Pemkot akan terus melestarikan dan mendukung kegiatan Grebeg Sudiro dan pemasangan lampion dari tahun ke tahun. Kata Rudy, Grebeg Sudiro mampu menarik mata wisatawan untuk datang ke Solo

"Baik tahun 2020 nanti, sampai ke tahun-tahun selanjutkan akan terus dilaksanakan, banyak sekali masukan dari masyarakat untuk terus melestarikan tradisi kebudayaan yang dimiliki Kota Solo ini. Selain itu juga menarik wisatawan," kata Rudy.

Rudy pun berujar, bila dalam kegiatan Grebeg Sudiro dari tahun ke tahun masyarakat semakin ramai, dan penampilan dari peserta pun semakin kreatif.

"Dari tahun ke tahun semakin meningkat kualitasnya, masyarakat lebih banyak dan peserta semakin kreatif," ujarnya.

Rudy berharap melalui kegiatan Grebeg Sudiro ini mampu meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan warga Solo dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui pembangunan karakter budaya yang kaya akan toleransi.

"Saya berharap masyarakat ikut bersama- sama menjaga kemajemukan dan keberagaman yang dimiliki Kota Solo ini," ucap Rudy.

Adapun rute yang dilalui peserta kirab kirab diawali dari Kawasan Pasar Gede menuju Jalan Jendral Sudirman sampai dengan persimpangan Bank Indonesia belok ke Jalan Mayor Kusmanto, kemudian belok kiri menuju Jalan Kapten Mulyadi dan ke arah Jalan RE. Martadinata.

Selanjutnya, dari Jalan RE. Martadinata melalui Jalan Cut Nyak Dien tembus ke Jalan Ir. H. Juanda kemudian melintasi Jalan Jend. Urip Sumoharjo untuk finish kembali di Kawasan Pasar Gede. 

Setelah para peserta kirab tiba kembali di tempat finish yang juga merupakan tempat start depan Pasar Gede. Masyarakat riuh memperebutkan ribuan kue keranjang yang dibagikan dari lantai dua pasar buah pasar gede.

"Kami bagikan 4 ribu kue keranjang atau sekitar 1 ton," ujar Ketua Panitia Grebeg Sudiro, Angga Indrawan. (adr)

(wd)